Mohon tunggu...
Randita Amalia
Randita Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perintis Mimpi

Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Memulai

Selanjutnya

Tutup

Puisi

1.820 Hari

23 Februari 2024   16:36 Diperbarui: 23 Februari 2024   16:42 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seribu delapan ratus dua puluh hari,
Jejak kaki yang terukir di memori.
Dua insan yang asing tak sengaja dipertemukan sang takdir,
Menjalin kisah di kanvas kehidupan.

Tawa, air mata, suka, dan duka,
Bersama kita lalui bahu membahu.
Malang melintang, bagai kupu-kupu,
Menebar warna di dunia yang fana.

Namun, badai tak terelakkan
Menerjang taman indah nan permai.
Berserakan bunga berguguran,
Menyisakan luka yg akan menjadi kenangan.
Luka yg akan sembuh dengan sekuntum mawar merah yg kau taruh di depan teras rumahku.

Perpisahan pun tiba di ujung mata
Membawa jerit suara hati.
Namun, 1.820 hari takkan terlupa,
Terukir di hati, abadi selamanya.

Terima kasih atas tawa dan air mata,
Terima kasih atas suka dan duka.
1.820 hari, kenangan indah bersama,
Walaupun kini kau tak lagi di sini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun