Motor listrik kian ramai dibicarakan, tidak hanya sebagai tren teknologi, tetapi juga sebagai simbol kesadaran akan efisiensi energi dan lingkungan. Namun, pernytaan pentingnya: apakah kualitas motor listrik benar-benar memenuhi harapan konsumen Indonesia khususnya di Kota Bandung? dan lebih dalam lagi, bagaimana dunia manajemen operasional melihat dan menilai kualitas itu?
Sebagai konsumen, kita sering mendengar istilah "kualitas produk", tapi tahukah kita bahwa kualitas itu sebenarnya punya banyak dimensi? Dalam dunia industri dan manajemen operasional, kualitas bukan hanya soal awet atau tidaknya suatu barang, tapi juga soal kinerja, fitur, servis, hingga persepsi kita terhadap merek itu sendiri.
Apa Itu Persepsi Konsumen?
Persepsi konsumen merupakan proses psikologis bagaimana kita menyerap, mengolah, dan menilai informasi tentang suatu produk. Artinya, dua orang bisa punya pandangan yang berbeda tentang produk yang sama, tergantung dari pengalaman, informasi, hingga ekspektasi mereka.
Dalam konteks motor listrik, persepsi ini bisa dipengaruhi oleh banyak hal:
Seberapa cepat motor melaju di jalan raya
Apakah baterainya awet?
Mudahkah mencari tempat servisnya?
Apakah mereknya cukup terpercaya?
Dimensi-Dimensi Kualitas Menurut Ahli
David Garvin, seorang ahli manajemen kualitas, menyebut ada delapan dimensi kualitas produk yang sering dijadikan acuan. Nah, motor listrik pun bisa dinilai dari delapan dimensi ini: