Mohon tunggu...
R Hady Syahputra Tambunan
R Hady Syahputra Tambunan Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

Pemerhati Politik Sosial Budaya. Pendidikan Bidang Hukum. Pengikut Gerakan Akal Sehat. Ex Relawan BaraJP / KAWAL PEMILU Pembelajar Tanpa Henti

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Logika (Ep-16) | Positivisme: Fakta Ilmiah-Indrawi Anti Metafisika

28 Juli 2025   20:43 Diperbarui: 4 Agustus 2025   18:59 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak universitas Islam modern, termasuk Al-Azhar (Mesir), IIUM (International Islamic University Malaysia), dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengajarkan filsafat sains yang mencakup positivisme, empirisme, dan kritiknya. Buku teks seperti Filsafat Ilmu karya Jujun S. Suriasumantri (Indonesia) sering dipakai untuk menjelaskan bagaimana metode empiris dapat digunakan tanpa merusak kerangka teologis.

Pendekatan ini menghasilkan sintesis unik: positivisme diterima sebagai metode ilmiah, tetapi metafisika wahyu tetap menjadi sumber etika dan orientasi pengetahuan. Dengan demikian, Islam menawarkan bentuk "positivisme teistik" yang tidak memisahkan akal, observasi, dan wahyu.

Kesimpulan

Positivisme, dari akar historisnya di Eropa abad ke-19 hingga penerapannya di universitas dunia dan integrasinya dalam tradisi agama, menunjukkan daya tahannya sebagai paradigma pengetahuan. Ia tidak sekadar aliran filsafat, tetapi metode universal yang menopang sains, pendidikan, hukum, dan teknologi modern. Meski sering dikritik karena kecenderungan reduksionisnya, positivisme tetap menjadi bahasa global sains dan kolaborasi akademik.

Dalam konteks agama (Islam), positivisme tidak selalu dipandang sebagai ancaman. Melalui integrasi dengan nilai-nilai tauhid dan etika wahyu, prinsip empiris dapat memperkuat kebangkitan keilmuan umat. Dengan fondasi ini, positivisme bukan sekadar warisan Comte, melainkan perangkat intelektual yang membantu manusia memahami dunia, mengelola peradaban, dan menavigasi masa depan ilmu pengetahuan secara bertanggung jawab.

Daftar Pustaka

  1. Comte, Auguste. Cours de Philosophie Positive. Paris: Bachelier, 1830-1842.
  2. Hume, David. An Enquiry Concerning Human Understanding. London: A. Millar, 1748.
  3. Hart, H. L. A. The Concept of Law. Oxford: Oxford University Press, 1961.
  4. Durkheim, mile. The Rules of Sociological Method. Paris: Alcan, 1895.
  5. Carnap, Rudolf. Logical Positivism. Cambridge: Harvard University Press, 1934.
  6. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. Islam and Secularism. Kuala Lumpur: ABIM, 1978.
  7. Rahman, Fazlur. Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition. Chicago: University of Chicago Press, 1982.
  8. Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000.
  9. Britannica, Positivism. Diakses melalui: https://www.britannica.com/topic/positivism
  10. Karmillah. Filsafat Positivisme dan Pendidikan di Indonesia. ResearchGate, 2022.

*****

Lanjut baca Episode 17- Kosmologi: Logika tentang Awal, Struktur dan Akhir Semesta https://www.kompasiana.com/ramadhanhadysyahputratambunan/68879a40ed6415508c2dc172/seri-1-filsafat-logika-ep-17-logika-kosmologi-awal-dan-akhir-semesta

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun