7.4. Teknologi dan Revolusi Industri
Positivisme turut berkontribusi pada lahirnya revolusi industri dan teknologi modern. Dengan menekankan metode eksperimen dan pengukuran, positivisme membantu mengubah pengetahuan teoretis menjadi inovasi praktis. Industri farmasi, teknologi informasi, dan energi terbarukan seluruhnya bergantung pada metodologi ilmiah yang berakar pada positivisme.
Sebagai contoh, riset klinis dalam kedokteran mengikuti prinsip uji empiris yang ketat (clinical trials) untuk memastikan keamanan dan efektivitas obat. Di bidang teknologi digital, algoritma dan kecerdasan buatan dikembangkan berdasarkan analisis data masif yang merupakan kelanjutan dari tradisi empiris.
7.5. Dampak pada Budaya Global dan Kolaborasi Ilmiah
Prinsip positivisme memungkinkan terjadinya kolaborasi ilmiah global. Standar metodologis yang seragam membuat peneliti dari berbagai negara dapat bekerja sama dan saling memverifikasi hasil. Jurnal internasional seperti Nature, Science, dan The Lancet mewajibkan laporan berbasis data yang dapat diuji ulang, mencerminkan etos positivistik.
Lebih jauh, pendidikan berbasis sains dan teknologi yang dibentuk oleh positivisme mendorong mobilitas sosial dan pembangunan ekonomi. Negara-negara yang berhasil mengadopsi pendekatan ini, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, mampu membangun sistem pendidikan unggul yang mendorong kemajuan teknologi dan ekonomi.
7.6. Kritik dan Keseimbangan
Meski berpengaruh besar, dominasi positivisme juga menimbulkan kritik. Beberapa akademisi berpendapat bahwa penekanan berlebihan pada data kuantitatif mengabaikan makna kultural, nilai moral, dan pengalaman subjektif. Pemikir postmodern seperti Michel Foucault mengingatkan bahwa data ilmiah juga bisa menjadi alat kekuasaan.
Sebagai respons, banyak institusi pendidikan kini mengajarkan pendekatan campuran (mixed methods) yang memadukan positivisme dengan pendekatan interpretatif dan kritis. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi positivisme bukan untuk menyingkirkan pendekatan lain, tetapi menjadi fondasi yang memperkuat riset lintas paradigma.
*
Bab 8. Yahudi, Kristen, Islam dan Positivisme