Mohon tunggu...
R Hady Syahputra Tambunan
R Hady Syahputra Tambunan Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

Pemerhati Politik Sosial Budaya. Pendidikan Bidang Hukum. Pengikut Gerakan Akal Sehat. Ex Relawan BaraJP / KAWAL PEMILU Pembelajar Tanpa Henti

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Logika (Ep-16) | Positivisme: Fakta Ilmiah-Indrawi Anti Metafisika

28 Juli 2025   20:43 Diperbarui: 4 Agustus 2025   18:59 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab 7. Kontribusi Positivisme pada Pendidikan-Sains Moderen 

Positivisme, meskipun sering dianggap sebagai aliran filsafat abad ke-19, memiliki pengaruh yang jauh melampaui kerangka teoretisnya. Ia tidak hanya memengaruhi cara manusia memahami pengetahuan, tetapi juga membentuk struktur pendidikan, kebijakan publik, dan kerangka pembangunan peradaban modern. Prinsip utamanya---bahwa pengetahuan harus didasarkan pada observasi, bukti, dan metode ilmiah---menjadi pilar bagi kemajuan institusi pendidikan dan teknologi global.

7.1. Pendidikan Tinggi dan Standarisasi Pengetahuan

Universitas modern pada abad ke-19 dan 20 mengadopsi semangat positivisme dalam kurikulum mereka. Universitas seperti Oxford, Cambridge, Harvard, Sorbonne, dan Universitas Berlin mengembangkan model pendidikan berbasis riset (research-based education) yang mengutamakan metode empiris. Laboratorium sains, pusat riset sosial, dan perpustakaan ilmiah menjadi simbol institusionalisasi pengetahuan.

Metodologi kuantitatif dalam sosiologi, psikologi, ekonomi, dan pendidikan lahir dari semangat positivisme. Mata kuliah metodologi penelitian di hampir semua perguruan tinggi dunia-dari University of Tokyo hingga Universitas Indonesia (UI)-mengajarkan prinsip pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan analisis statistik sebagai standar riset yang sahih.

7.2. Kebijakan Publik dan Administrasi Negara

Positivisme juga mengubah cara pemerintah merumuskan kebijakan. Data empiris mulai digunakan untuk memutuskan program pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Pendekatan ini diperkenalkan secara luas oleh tokoh-tokoh seperti Bentham dan Mill, yang menekankan evaluasi kebijakan berdasarkan manfaat terukur, bukan pada tradisi atau doktrin moral semata.

Di abad ke-20, lembaga-lembaga internasional seperti OECD, WHO, dan UNESCO mendorong negara-negara anggota menggunakan indikator empiris untuk menilai kualitas pendidikan, kesehatan, dan pembangunan. Hal ini menandai dominasi metodologi positivistik dalam tata kelola global.

7.3. Ilmu Sosial dan Riset Terapan

Dalam ilmu sosial, kontribusi positivisme terlihat pada pengembangan teknik riset terapan. Studi tentang kriminalitas, perilaku konsumen, pendidikan, dan kesehatan publik menggunakan survei, eksperimen sosial, dan analisis statistik. Sosiologi Durkheimian, dengan fokus pada fakta sosial, memberi legitimasi ilmiah pada studi sosial yang sebelumnya dianggap sekadar spekulasi.

Di bidang hukum, teori positivisme dari H. L. A. Hart dan Joseph Raz membantu membentuk pendidikan hukum modern. Mahasiswa hukum di Oxford, Harvard, dan universitas terkemuka Asia diajarkan untuk menganalisis hukum secara objektif, terlepas dari moralitas, sehingga menghasilkan pendekatan hukum yang konsisten dan dapat diprediksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun