dan hari-hari masih bergulir seperti bianglala yang terbakar.
Malam dan pagi yang singkat melucuti bulu-bulu mata.
Kecemasannya datang dengan kata-kata,
ombak, lagu rumput-rumput liar, tanpa teks.
Ia mengikat mimpinya pada satu wajah yang
menggelindingkan waktu.
Mereka yang membuatnya cemas terlalu liar,
kera yang meneriaki sebuah pohon dan buah.
Suaranya bertebaran di atas kepalanya.
Ia sampai pada puisi di antara api dan salju,
cemas tanpa kata-kata.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!