Ada kenangan yang selalu membekas di kepalaku sejak kecil. Aku dan Almarhum Kakak saat kami masih berusia sekolah (era 90-an) acapkali bergantian di ajak Ibu ke Pegadaian.
Setelah lulus kuliah dan melewati masa-masa sulit, Daku baru sadar ada sebab, ternyata Ibu terlibat Bersama Pegadaian mengEMASkan Indonesia melalui tindakan nyatanya.
Putra pertamanya (Almarhum Satria Adhi Mastiyanto) berprofesi jurnalis, anak keduanya (Aku) menjadi seorang Penyuluh Kesmas di RSKO Jakarta.
Kami berdua bukan orang yang sukses bila dilihat dari sisi materi (jumlah harta), kami tidak kaya harta, tapi ini wujud kesuksesan orang tua agar anak-anaknya dapat berpendidikan tinggi, merubah nasib keluarga dan melampaui kedua orang tuanya yang berpendidikan selevel SMA.
Ibu ku dan Ibu-Ibu lain yang memiliki kisah yang hampir sama, dapat dibilang ikut mengEMASKANkan Indonesia. Aku yakin banyak anak-anak yang kemudian sukses secara karir ataupun jalan hidup yang tercatat memberi arti bagi Tanah Air dan membangun negeri.
Kembali ke memories Ku menyangkut Pegadaian, ....
Kenangan itu membawa Ku kembali saat Ibu mengambil kotak kecil dari sudut lemari kayu di kamar. Kotak kecil itu dari logam yang sudah kusam, berkarat, tapi selalu disimpan rapi dililit kain krem di sudut lemari ditutupi sapu dan kursi lipat.
Aku dulu sering bertanya-tanya, apa isinya ? apa rahasia Ibu ?
Suatu pagi, rasa penasaranku terjawab. Ibu membuka kotak logam itu. Di dalamnya ada kalung, gelang, dan cincin emas. Tidak banyak, tapi warnanya kuning berkilau memantulkan cahaya pagi yang masuk lewat jendela.Â