Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 110 x Prestasi Digital Competition (72 writing competition, 28 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pegadaian, Kotak Kecil Emas, Perjuangan Besar Ibu

18 Agustus 2025   20:24 Diperbarui: 18 Agustus 2025   20:24 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Ibu Ku di era akhir 90an ke Pegadaian (sumber Foto : desain by Andri M)

Aku sempat memegangnya, begitu dingin dan terasa mahal di jemari Ku.

"Ini perhiasan Ibu, kamu harus tau, kalau ada musibah selamatkan kotak ini" ucap beliau dengan serius "Suatu hari nanti, kamu akan mengerti kenapa Ibu berpesan"

Waktu itu aku masih SMP, Bapak buruh pabrik di Bandung beliau pulang sebulan sekali. Sedangkan Ibu berkerja sebagai penjahit rumahan.

Setiap awal tahun ajaran, selalu ada pengeluaran besar, belum lagi kebutuhan harian yang terus bertambah.

Pernah suatu waktu, aku tidak sengaja mendengar percakapan Bapak dan Ibu di ruang tamu.
"Gaji Ku bulan ini tidak cukup. Pengeluaran dan uang sekolah anak-anak belum terbayar, bagaimana ?..." kata Bapak dengan suara berat.

Ibu hanya diam sebentar, lalu menjawab dengan nada lirih, "Besok Aku ke Pegadaian."

Esoknya, Ibu berpakaian rapi. Ia membawa perhiasan dalam tas selempang kulit sintetis. Aku ikut berjalan di sampingnya, melewati pinggiran jalan raya yang disesaki pedagang kaki lima menuju Pegadaian Kebayoran Lama yang letaknya di dekat Stasiun.

Pegadaian Pasdar kebayoran Lama (Sumber: Google map)
Pegadaian Pasdar kebayoran Lama (Sumber: Google map)

Begitu sampai di Pegadaian, aku masih ingat aura khas ruangan itu. Di dalam, ada beberapa orang duduk menunggu. Wajah-wajah mereka berbeda-beda, tapi matanya sama, menyimpan harapan. 

Di sudut ruangan, seorang bapak memegang tas canvas, di sebelahnya seorang ibu muda menimang bayi. Semua datang dengan alasan masing-masing, tapi tujuan mereka sama, mencari napas tambahan untuk bertahan hidup.

Ibu maju mendekat ke loket. Petugas berseragam putih kombinasi hijau tersenyum, mengulurkan tangan dan mengambil gelang emas Ibu, lalu menimbangnya di timbangan digital. Terdengar bunyi "beep" timbangan itu terasa seperti detak jantung Ibu yang makin kencang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun