Mohon tunggu...
Rakhmat Thoifur Alfadhany
Rakhmat Thoifur Alfadhany Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 24107030049

Mahasiswa yang selalu ingin tau dan explore banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mengintip Menu Warung Makan Sederhana: Geprek Porsi Jumbo Cuma 12 Ribu!!!

11 Juni 2025   10:06 Diperbarui: 11 Juni 2025   10:06 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi penulis bersama Inu Heni selaku pelaku usaha UMKM Warung Makan Sederhana 

Di balik hiruk pikuk aktivitas mahasiswa dan anak kos di area Ngentak Sapen, dekat dengan gapura ikoniknya, tersembunyi sebuah hidden gem yang tak lekang oleh waktu: Warung Makan Sederhana Ibu Heni. Warung ini mungkin terlihat sederhana, namun menyimpan kisah panjang, cita rasa autentik, dan semangat perjuangan yang patut diacungi jempol. Lebih dari sekadar tempat makan, Warung Ibu Heni adalah potret nyata bagaimana keuletan dan inovasi mampu menjaga eksistensi sebuah usaha kuliner turun-temurun, bahkan di tengah persaingan ketat.

Warung Makan Sederhana Ibu Heni bukanlah pemain baru di kancah kuliner Yogyakarta. Usaha ini telah dimulai sejak tahun 1988 oleh mertua Ibu Heni. Kala itu, operasional masih dilakukan di rumah belakang. Seiring berjalannya waktu dan setelah Ibu Heni menikah, ia turut serta membantu sang mertua, hingga akhirnya secara bertahap mengambil alih kemudi warung ini. Kini, warung telah berpindah ke sebuah kios kecil di bagian depan, namun loyalitas pelanggan tak pernah surut. Warung ini tetap ramai, bahkan tak jarang diserbu pembeli, terutama saat jam makan.

Awalnya, masakan yang disajikan di warung ini didominasi oleh cita rasa Jawa, warisan dari mertua Ibu Heni. Namun, roda kehidupan membawa tantangan. Suami Ibu Heni jatuh sakit, disusul dengan kondisi mertua yang juga sakit dan kesulitan berjalan. Di tengah keterpurukan itu, Ibu Heni memberanikan diri untuk mengambil alih sepenuhnya kendali warung. Ia bahkan sempat meminjam modal dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) bank untuk bangkit dan berinovasi.

Sebagai wanita asli Sunda, Ibu Heni membawa perubahan signifikan pada menu-menu yang disajikan. Ia mulai mengadaptasi resep-resep lama dengan sentuhan cita rasa khas Sunda, yang dominan pada asin dan pedas. Perubahan ini ternyata disambut baik oleh pasar, khususnya para perantau dari Jawa Barat yang merindukan masakan kampung halaman. Inilah yang menjadi ciri khas dan nilai autentik Warung Makan Sederhana Ibu Heni dibandingkan warung lain di sekitarnya. Setiap sajian menawarkan sensasi bumbu racikan sendiri yang tidak menggunakan bahan instan, menghasilkan hidangan yang kaya rasa dan otentik.

Pangsa pasar utama Warung Makan Sederhana Ibu Heni adalah mahasiswa dan anak-anak kos di area Ngentak Sapen. Setiap hari, warung ini bisa menjual 60 hingga 70 porsi ayam geprek, dan dengan tambahan menu lain seperti nasi lauk dan ramesan, total porsi yang terjual bisa mencapai 100 porsi. Angka ini menunjukkan betapa populernya warung Ibu Heni di kalangan para pelajar dan perantau.

dokumentasi pribadi: gerek porsi jumbo seharga 12 ribu
dokumentasi pribadi: gerek porsi jumbo seharga 12 ribu


Meskipun warung ini menawarkan beragam hidangan, mulai dari nasi lauk komplit, ramesan, hingga soto, ada beberapa menu yang menjadi bintang utama. Ayam Geprek adalah juaranya. Dulu, Ibu Heni sempat punya varian ayam geprek saus lava keju, namun karena tingginya permintaan untuk ayam geprek original, fokus sementara beralih ke varian klasik ini. Selain ayam geprek, pindang dan ikan sambal juga tidak kalah laris, terutama bagi pelanggan yang menginginkan opsi non-geprek.

Salah satu keunggulan paling mencolok dari Warung Makan Sederhana Ibu Heni adalah harganya yang sangat terjangkau. Sejak dulu, warung ini terkenal dengan harga murahnya. Ibu Heni menjelaskan bahwa rahasianya terletak pada sistem subsidi silang harga antar menu. Sistem ini memungkinkan harga tetap kompetitif dan terjangkau, namun keuntungan tetap terjaga. Meskipun ada sedikit kenaikan harga sejak Ibu Heni mengambil alih, Warung Ibu Heni tetap jauh lebih murah dibandingkan warung lain, dengan standar porsi yang jumbo dan melimpah. Sebagai contoh, bayangkan saja, ayam geprek dada jumbo dibanderol hanya Rp12.000,00, dan nasi sayur komplet cuma Rp5.000,00-an. Ini membuat banyak pelanggan merasa seperti "jualan sambil bisnis sama Allah", seolah-olah Ibu Heni berjualan dengan niat sedekah. Porsi besar dengan harga murah ini menjadi daya tarik kuat yang membuat pelanggan terus berdatangan dan betah menjadi pelanggan setia.

Uniknya lagi, popularitas Warung Makan Sederhana Ibu Heni sebagian besar berasal dari promosi "dari mulut ke mulut". Pelanggan yang puas akan menceritakan pengalaman mereka kepada teman-teman, dan begitu seterusnya. Ini menunjukkan bahwa kualitas rasa dan pelayanan yang baik adalah promosi terbaik. Namun, tentu saja, akan sangat disayangkan jika warung seberkualitas ini belum memiliki promosi yang lebih proper dan terstruktur.

Sebagai seorang penulis, saya pribadi sangat menyukai warung ini. Ibu Heni adalah sosok yang ramah dan mudah akrab. Ia tidak keberatan jika pelanggan ingin me-request bumbu atau varian tertentu. Kehangatan interaksi ini menambah kenyamanan saat bersantap. Di sini, Anda juga akan menemukan kelengkapan menu yang luar biasa, mulai dari nasi lauk, ramesan, soto, hingga berbagai varian minuman segar. Jika Anda berencana berkunjung, usahakan untuk tidak datang saat jam makan puncak, karena warung ini akan sangat ramai. Warung Makan Sederhana Ibu Heni adalah contoh UMKM yang luar biasa. Harapannya, usaha seperti ini dapat terus berkembang, semakin dikenal, dan menginspirasi lebih banyak orang dengan kisah perjuangan dan kelezatan rasanya.

Dokumentasi penulis bersama Inu Heni selaku pelaku usaha UMKM Warung Makan Sederhana 
Dokumentasi penulis bersama Inu Heni selaku pelaku usaha UMKM Warung Makan Sederhana 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun