Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku: Psikologi dan Agama Karya Carl G. Jung

25 Agustus 2022   10:59 Diperbarui: 25 Agustus 2022   11:05 2174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul depan. Sumber: dokumen pribadi. 

*Judul Buku: Psikologi dan Agama
*Penerbit: IRCiSoD
*Penulis: Carl Gustav Jung
*Penerjemah: Afthonul Alif
*ISBN: 978-602-391-370-1
*Jumlah Halaman: 235
*Harga: Rp. 40.000

Buku Psikologi dan Agama ini ditulis oleh seorang psikolog terkenal yang namanya tidak asing lagi di dunia psikologi khususnya psikoanalisis yakni Carl Gustav Jung. 

Jung yang terkenal akan konsep Arketipe-nya ini memang banyak membahas keterkaitan antara agama dan kebudayaan dengan psikologi. Karya-karyanya yang lain yakni Empat Arketipe, Diri yang Tak Ditemukan, dan The Spirit in Man, Art, and Literature.


Di buku ini kita akan mengetahui bagaimana dogma agama beserta simbol-simbolnya berperan penting dalam pembentukan psikologis seseorang dan telah terpatri dalam ketidaksadaran dengan bentuk Arketipe. 

Buku ini dibagi menjadi tiga bab yakni Otonomi Pikiran Bawah Sadar, Dogma dan Simbol-Simbol Alamiah, dan Sejarah dan Psikologi Simbol Alamiah.


Otonomi Pikiran Bawah Sadar


Pada bab ini Jung mengulas pengantar mengenai keterkaitan antara psikologi dan agama. Jung memakai pendekatan psikologis dan menjauhi berbagai kesimpulan yang bersifat metafisik dan filosofis. 

Sifat empirisme dari psikologinya ada pada pandangan fenomenologis yang artinya berdasarkan fenomena yang benar-benar terjadi.


Dalam analisisnya Jung menjelaskan bahwa konsep jiwa merupakan tubuh halus milik manusia dan merupakan realitas psikis yang ada. Gangguan neurosis dan bahkan biologis dapat ditelaah dari kesehatan jiwa ini. 

Seperti pengalaman Jung yang menyembuhkan seseorang yang demam tinggi dengan hanya berbicara dan melakukan pengakuan secara psikologis selama 12 menit.


Konsep jiwa memiliki sifat otonom dalam ketidaksadarannya yang berarti ada kekuasaan khusus yang terkadang tidak dapat dikuasai oleh kesadaran. 

Neurosis banyak terjadi jika stimulus dari luar menyentuh kompleks yang menimbulkan ketakutan di ketidaksadaranya. Hal tersebut dibuktikan dengan kasus pasiennya yang percaya dia memiliki kanker padahal dia sangat pintar dan tahu bahwa itu hanya rekayasa pikirannya.


Dalam menentramkan konflik psikis tersebut sebelum ada psikologi, agama dan kebudayaan primitif dengan ritusnya berperan penting dengan memberikan peraturan seperti bersopan santun. Konflik psikis ini ditandai juga dengan mimpi yang merupakan tanda diekspresikannya ketidaksadaran.


Studi kasus yang lain terdapat pada pasien Jung yang lain dengan neurosis karena mimpi-mimpinya yang banyak mengandung unsur religius padahal ia seorang intelektual yang sudah meninggalkan semua bentuk religiusme yang dahulu diajarkan saat dia masih kecil. 

Alam bawah sadarnya seolah memiliki kekuasaan yang menolak bentuk diri sadarnya yang lepas dari bentuk religiusitas.


Dogma dan Simbol-Simbol Alamiah


Seperti dalam kasus pasien Jung yang mendapatkan neurosis dan bermimpi tentang gereja dan hal-hal religius lainnya, ketidaksadaran memiliki pengaruh besar dalam kepribadian dan di luar kekuasaan kesadaran.

 Pemikiran rasional nan modern pun tidak mampu untuk mengatasi dari menyeruaknya konflik psikis dari kebutuhan religi ini.


Dan Jung percaya bahwa terdapat kesamaan ketidaksadaran ini pada semua orang. Hal ini didasari kepada banyak pasiennya dan mimpi mereka yang sama-sama memiliki simbol identik.

 Juga latarbelakang mereka yang seorang intelektual dan telah meninggalkan sepenuhnya kehidupan beragama.


Menurut Jung, agama merepresentasikan banyak gambaran alam bawah sadar dan emosi lebih baik daripada teori-teori ilmiah yang mengabaikan itu semua. 

Dan pengadaan ritus agama digunakan untuk mengekspresikan emosi dan dorongan alam bawah sadar ini. Gagasan akan spiritualitas ini sudah ada sejak bahkan saat manusia belum memakai akalnya atau kesadarannya.


Hal ini dibuktikan dengan simbol-simbol primordial dari banyak mimpi pasien Jung. Simbol kombinasi kuartenitas atau angka empat dan lingkaran menjadi buktinya. Angka empat ini merupakan simbol "penyatuan diri" atau "representasi Tuhan dalam ciptaan-Nya".

 Sedangkan lingkaran merupakan representasi Tuhan itu sendiri dimana satu titik memberikan sudut tak hingga (ke-Esaan yang memberikan ke-Mahakuasaan).


Sejarah dan Psikologi Simbol Alamiah


Dalam pembuktian bahwa religi merupakan bagian dari ketidaksadaran kolektif, Jung mencocokan banyak tulisan dan simbol-simbol agama dengan mimpi-mimpi pasiennya yang melihat ada simbolisasi kuarternitas, sesosok perempuan yang adalah anima si pemimpi, simbol lingkaran, dan simbol-simbol lainnya.


Banyak simbol dan tulisan kepercayaan tertentu yang digunakan Jung seperti Trinitas dan dogma kekristenan, warna dan simbol dari alkemi, mandala dari budhisme, dan kepercayaan sikretisme gnostik. 

Hal ini mungkin jika dilihat dari kacamata agama merupakan sebuah bid'ah namun sekali lagi Jung memberikan bukti empiris berupa fenomenologi.


Simbol-simbol ini ditemukan dalam mimpi pasiennya yang bahkan tidak bersentuhan dengan simbol-simbol abad pertengahan itu. Ini menandakan bahwa terdapat suatu proyeksi yang sudah ada sebelumnya dalam ketidaksadaran.

 Di dalam ketidaksadaran ada citra ilahi yang dimiliki semua orang guna menentramkan konflik psikis dalam ketidaksadarannya.


Dalam dunia modern ini banyak terjadi despiritualisasi dan penghapusan Tuhan dalam hidup masyarakat seraya menggantinya dengan rasionalisme kesadaran oleh ego. 

Hal ini merupakan kesalahan karena ego atau kesadaran itu hanya bagian kecil nan lunak yang tidak dapat menyelesaikan segala masalah kepribadian khususnya di area ketidaksadaran.


Kita tidak menciptakan "Tuhan" tapi kita "memilih-Nya" untuk menjaga kestabilan kepribadian kita.


Dan mungkin kesimpulan saya dari buku ini adalah Jung sangat baik menjelaskan keterkaitan agama dan psikologi khususnya alam bawah sadar. 

Arketipe religius ada pada ketidaksadaran manusia guna menentramkan konflik psikis di alam bawah sadar. Mengandalkan kesadaran atau ego untuk menjelaskan segala konflik psikis tidak dapat menyelesaikan masalahnya karena keterbatasannya. Dan oleh karena itu agama mengambil peran untuk menyelasikan masalah ketidaksadaran itu.


Buku ini bagus bagi para pembaca yang ingin tahu bagaimana padangan psikologi mengenai agama khususnya mazhab psikoanalisis. Mungkin kekurangan dari buku ini adalah Jung banyak memberikan bukti dengan banyak simbolisasi agama dan kepercayaan yang mesti kita ketahui dasar-dasarnya dahulu sebelum membaca buku ini agar tidak bingung. 

Dogma agama kristen, simbol-simbol alkemis, ajaran gnostik, filsafat platonik, dan mandala budhisme merupakan contoh dari apa-apa saja yang harus kita cari tahu sebelum membaca buku ini.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun