Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakek Penjual Kursi Panjang

28 Desember 2021   09:51 Diperbarui: 28 Desember 2021   09:58 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, sumber: pixabay.com 

"Kau disekolahkan tinggi-tinggi agar jangan sampai bekerja kasar seperti itu, Sam", tambah nenek.

"Jadilah pekerja yang tidak perlu berpeluh keringat, Sam", tambahnya lagi.

Aku hanya mengiyakan dalam anggukan, pikirku setiap pekerjaan pastinya berat dan punya resiko masing-masing. Karena sudah termakan rasa kasihan, aku memaklumi ucapan nenekku ini. Lagipula tujuannya berucap seperti itu agar aku bersyukur disekolahkan hingga perguruan tinggi oleh kedua orang tuaku.

Memang nenek sering memberi wejengan agar bersyukur dan bekerja menjadi pekerja yang setidaknya punya martabat tinggi. Hal ini tidak lepas dari pengalamannya dulu ketika muda bekerja di sebuah pabrik yang menurut ceritanya tidak memperlakukan pekerjannya dengan baik, bos pabrik sering marah-marah kepadanya karena hanya beberapa kesalahan kecil yang dilakukannya dan teman-temannya. Persaingan antar karyawan pabrik juga terkadang tidak sehat dan membuat semangat bekerja menurun.

Aku juga sebetulnya tidak ingin menjadi seorang pekerja kasar namun apa salahnya menghargai setiap pekerjaan yang ada dan tidak membanding-bandingkannya dengan yang lain. Setiap orang mesti punya latar belakang masing-masing mengambil suatu pekerjaan, baik itu terpaksa maupun tidak.

***

Setelah berminggu-minggu menunggu, akhirnya ibuku yang seorang guru pulang membawa kabar bahwa dalam perjalanannya kerumah ia melihat seorang kakek penjual kursi panjang mengarah kesini. 

Lantas lalu ibuku mendatanginya dan memberikan alamat rumah kami agar beliau dapat mengantarkan kursi panjang yang ingin dibeli nenekku.

Mendengar hal tersebut, nenek langsung menunggu di teras rumah kami sembari sesekali melihat ke arah jalan. Kian lama nenekku menunggu namun tak kunjung datang juga si penjual kursi ini. 

Ibuku berkata dia bertemu dengan penjual kursi itu tadi saat di pusat kota tempat dia mengajar dan mungkin si penjual belum sampai ke desa kami karena harus mendorong gerobaknya.

Lalu di tengah siang saat aku mengerjakan tugas kuliahku, muncul juga akhirnya seorang kakek yang mendorong gerobak berisikan dua tiga kursi panjang ke arah rumah kami. Langsunglah nenekku menyambutnya dan bermaksud ingin membeli salah satu barang dagangannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun