Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babad Ikhwan Mistis: Susah Senang Tetap Goyang

9 September 2019   20:18 Diperbarui: 9 September 2019   20:30 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/DawnyellReese

"Ngomong apaan sih?" Izal masih tak paham

"Kabur!" Suara Ivan agak keras

Sontak para ikhwan mistis paham dengan kata yang diucapkan Ivan. Dengan gopoh-gapah mereka segera melarikan diri, menjauh, dan bersembunyi agar tidak diketahui Ical. Niat mereka untuk mengajak Ical ngopi terpaksa batal. Tentunya ini karena mereka salah strategi, Ivan paham, harusnya mereka tidak mengintai berlebihan seperti itu.

Di tengah kegagalan yang menimpa rencana Agi, Vey, Ivan dan Izal. Bale dan Bursh menunjukan pendekatan yang berbeda dalam menjaring Dede dan Wahyu. Mereka melakukan upaya psikologi kepribadian. Mereka paham sebelumnya kalau Dede dan Wahyu gemar sekali menyanyi, bahkan mereka tau siapa biduan yang diidolakannya. Ya mereka sama-sama suka koplo. Dan akan bergoyang kalau suara kendang sudah keluar dari sound system.

Maka disiapkanlah strategi yang mereka sebut sebagai operasi jaring koplo. Pertama Bursh meminta Babe dan Mou untuk menyiapkan seperangkat Sound system, lengkap dengan Micnya. Kedua Bale melakukan Lobyying kepada ibu kantin untuk perizinan tempat. Setelah keduanya siap, Bursh menginstruksikan menjemput Wahyu dan Dede di kelasnya. Tugas ini berikan kepada Iman, Duls dan Roy.

Tepat saat jam mata kuliah habis, Wahyu ditunggui di depan kelasnya oleh Duls, sementara Dede oleh Babe dan Iman. Awalnya mereka menolak untuk diajak, namun dengan ajakan dan alasan mereka akhirnya turut ikut juga. Saat perjalanan mereka mulai mendekati kantin, tepatnya ketika masih berjalan di lorong kelas, terdengar oleh Wahyu dan Dede sayup-sayup alunan musik.

"Dag demmm, dag Demmm, Tuk tak tak dem dem" Begitu kira-kira yang mereka dengar.

Semakin lama berjalan, musik yang terdengar juga makin jelas. Malahan kini liriknya mereka sangat hapal.

"Cendol dawet, cendol dawet, cendol dawet, cendol cendol, dawet dawet, seger!"

Namun itu semua belum ada apa-apanya ketika Wahyu dan Dede benar-benar sampai di kantin. Hal yang paling membuat mereka menohok dan sampai tergagap adalah saat mereka melihat seseorang yang bernyanyi disana, terlihat mantap dengan Mic dalam genggaman. Ya, pandangan mereka tidak salah, itu Yai Izan.

Wahyu dan Dede sampai terheran-heran. Mereka tidak menyangka bahwa Yai Izan juga suka koplo. Bahkan dengan pede menyanyi dihadapan para akhwat kampus. Terlihat seperti memalukan, tapi dalam kacamata Dede dan Wahyu hal ini cukup menghibur meski agak rancu. Namun tetap, dibalik semua itu Wahyu dan Dede kagum juga takzim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun