Mohon tunggu...
Rahma Luthfiani Azizah
Rahma Luthfiani Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa

psychology enthusiast, bibliophile

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Finlandia ke Indonesia: Inovasi dalam Pembelajaran AUD yang Perlu Dicontoh dari ECE Finlandia

13 Juni 2023   18:56 Diperbarui: 13 Juni 2023   19:05 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan
Pendidikan anak usia dini memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk dasar perkembangan dan pembelajaran seumur hidup. Salah satu inovasi pendidikan awal anak usia dini (Early Childhood Education/ ECE) yang patut menjadi inspirasi adalah konsep ECE yang diterapkan di Finlandia. Finlandia dikenal dengan sistem pendidikan yang berkualitas dan teruji keberhasilanya, terutama dalam hal pembelajaran anak usia dini. Artikel ini akan menjelaskan mengapa inovasi ECE dari Finlandia perlu dicontoh oleh Indonesia dalam pembelajaran anak usia dini. Mulai dari memberikan gambaran penerapan ECE di Finlandia, mengenal pembelajaran PAUD di Indonesia, menilik beragam inovasi ECE yang dapat diadopsi di Indonesia, mempelajari tantangan yang ada dalam proses tersebut, memberikan contoh konkret, hingga menjelaskan langkah yang bisa ditempuh untuk mewujudkannya.

Gambaran tentang ECE di Finlandia
ECE Finlandia memberikan penekanan pada kebebasan bermain, interaksi sosial, pendidik yang berkualitas, kurikulum yang holistik, dan perhatian pada kebutuhan individu anak. Kurikulum pendidikan di Finlandia sudah ada sejak lama dan jarang diganti dengan alasan agar tidak menimbulkan kebingungan antara para pengajar dan siswanya (Muhammad, N., 2020). Pendekatan ini telah membantu Finlandia mencapai prestasi yang luar biasa dalam pendidikan anak usia dini.

Konteks Pembelajaran Anak Usia Dini di Indonesia
Indonesia memiliki tantangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran anak usia dini. Beberapa tantangan yang dihadapi termasuk kurangnya perhatian orang tua maupun guru pada pendidikan anak usia dini (Fahmi, F., dan ningsih, R. W., 2021), kesenjangan akses (Komalasari, E., 2016), dan kualitas pendidik yang bervariasi (Yusutria, Y., 2019). Meskipun ada upaya peningkatan, masih ada kesenjangan yang perlu diatasi untuk mencapai pembelajaran anak usia dini yang berkualitas di Indonesia.

Inovasi ECE Finlandia yang Perlu Dicontoh di Indonesia
Ada beberapa inovasi ECE Finlandia yang perlu dicontoh oleh Indonesia dalam pembelajaran anak usia dini. Pertama, kebebasan bermain dan eksplorasi. Anak-anak perlu diberi kesempatan untuk bermain dan menjelajahi lingkungan mereka secara bebas, karena bermain adalah cara utama mereka belajar. Lebih banyak waktu yang dihabiskan di alam selama masa kanak-kanak diasosiasikan dengan rasa tanggung jawab yang lebih besar untuk menjaga alam kedepannya (Savolainen, K., 2021). Selain itu, interaksi sosial dan kolaborasi juga penting (Runamo, J., dan Suomela, L., 2013). Melalui interaksi dengan teman sebaya dan pendidik, anak-anak dapat membangun keterampilan sosial dan belajar bekerja sama dalam tim. Menurut Palmer (1998), bagian penting pendidikan yang berasal dari lingkungan adalah perolehan pengalaman berdasarkan sensasi dan observasi. Saat pengalaman dibagikan pada sesama melalui interaksi sosial, anak-anak akan mengetahui nilai kehidupan yang dihargai semua orang.
Pendidik yang terlatih dan berkualitas juga menjadi kunci. Di Finlandia, performa para guru dimonitor melalui inspeksi dan evaluasi diri. Inspektur akan mengecek kualitas guru, kemampuan bekerjasama, berkomunikasi, kondisi bekerja, dan pengetahuan terkait pelajaran yang diajarkan (Amukune, S., 2021). Pemerintah Finlandia juga mewajibkan guru bahkan di Sekolah Dasar untuk menyelesaikan minimal gelar master (Hutagaluh, 2022). Guru mendapatkan pelatihan yang komprehensif tentang perkembangan anak, mereka menerapkan pendekatan yang berpusat pada anak. Di Indonesia, penting untuk mengadopsi hal serupa agar mampu menyediakan kualitas pendidikan yang lebih baik. Kurikulum holistik Finlandia yang mengakomodasi berbagai aspek perkembangan anak juga perlu diterapkan di Indonesia. Hal ini dilakukan agar pembelajaran tidak hanya terfokus pada satu aspek perkembangan saja sehingga pengalaman belajar menjadi lebih komprehensif dan memadai. Hal ini dapat ditempuh dengan menerapkan kegiatan pembelajaran multifaset (berdasarkan permainan, aktivitas fisik, seni, dan warisan budaya) yang memungkinkan terjadinya pengalaman belajar yang positif (Salminen, J., 2017). Terakhir, perhatian pada kebutuhan individu anak merupakan elemen penting. Setiap anak memiliki keunikan dan perbedaan, guru di Finlandia berusaha memahami kebutuhan dan minat individual yang dimiliki anak. Finlandia sendiri merepresentasikan budaya individualis Nordik (disebut juga mandiri atau otonom), dimana tujuan pendidikan dan pengasuhan anak dicirikan dengan adanya dukungan terhadap perbedaan individual dan otonomi anak (Pakarinen, E. et al., 2023). Dengan ini, setiap anak akan mendapatkan perhatian yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan mereka yang berbeda-beda.

Tantangan dalam Mengadopsi Konsep ECE Finlandia di Indonesia
Mengadopsi konsep ECE Finlandia di Indonesia tidak akan datang tanpa tantangan. Faktor budaya dan kontekstual perlu dipertimbangkan agar inovasi ini sesuai dengan kebutuhan lokal. Pelatihan dan pengembangan guru terkait konsep ECE juga sangat diperlukan untuk memastikan implementasi yang efektif. Selain itu, infrastruktur dan sumber daya yang memadai perlu tersedia agar pembelajaran anak usia dini dapat dilaksanakan dengan baik. Contohnya seperti ruang bermain yang aman, lingkungan belajar yang mendukung, dan peralatan yang memadai. Akses terhadap bahan ajar, buku, permainan, dan sumber daya lainnya juga perlu diperhatikan. Tantangan-tantangan semacam ini perlu diselesaikan dengan kolaborasi pemerintah, lembaga pendidikan, pihak swasta, hingga partisipasi masyarakat itu sendiri.

Contoh Penerapan ECE Finlandia di Indonesia
Beberapa proyek dan program telah berhasil menerapkan konsep ECE Finlandia di Indonesia. Misalnya, program “Taman Bacaan Anak” yang menyediakan ruang baca untuk mempromosikan literasi pada anak (Saepudin, Sukaesih, dan Rusmana, 2017). Anak secara bebas memilih buku bacaan, bermain, dan bereksplorasi di dalamnya. Proyek “Pendidikan Berbasis Permainan” juga merupakan bentuk penerapan ACE Finlandia yang sudah diterapkan. Bermain adalah sarana perkembangan kognitif yang mampu membantu anak mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Anak akan dihadapkan dalam beragam situasi bersama teman mereka sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar dalam menggunakan suatu objek untuk berbagai keperluan dan mengkonstruksi sebuah pemahaman (Piaget dalam Al Etivali, 2019). Dengan ini, anak mampu merasakan kebebasan, mendapat pendidikan secara holistik, sekaligus mengasah keterampilan sosial yang dimiliki. Bila penerapan ini senantiasa dikembangkan, berbagai manfaat dapat dirasakan. Adopsi konsep ECE Finlandia akan mampu mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan kreativitas pada anak. Meningkatkan kualitas pembelajaran serta memberikan dampak jangka panjang pada pengembangan potensi anak secara maksimal sehingga mampu berkontribusi pada pembangunan negara.

Rekomendasi dan Langkah-langkah Menuju Pembelajaran Anak Usia Dini yang Berkualitas di Indonesia
Untuk mencapai pembelajaran anak usia dini yang berkualitas di Indonesia, diperlukan kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan praktisi pendidikan anak usia dini. Penting untuk memperluas pelatihan dan pengembangan untuk guru PAUD agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai. Selain itu, kurikulum PAUD perlu diperbaharui dengan pendekatan yang holistik. Fasilitas dan lingkungan pembelajaran yang mendukung juga harus diperhatikan.

Kesimpulan
Mengadopsi inovasi dalam pembelajaran anak usia dini dari ECE Finlandia merupakan langkah yang bisa dijadikan opsi pada pendidikan di Indonesia. Konsep ECE Finlandia telah terbukti berhasil dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas dan memperhatikan perkembangan holistik anak. Dengan mengambil langkah-langkah yang sesuai, Indonesia dapat memperbaiki kualitas pembelajaran anak usia dini dan membantu menciptakan generasi yang unggul di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Al Etivali, A. U. (2019). Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Penelitian Medan Agama, 10(2).
Amukune, S. (2021). Preschool Education in Finland and Kenya: A Comparison within Perspectives of Educational Quality. International Journal of Early Childhood Learning, 28(2), 51-67.
Fahmi, F., & Ningsih, R. W. (2021). Eksistensi Model Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Mitra Ash-Shibyan: Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(01), 1-16.
Hutagaluh, O. (2022). PENDIDIKAN DI FINLANDIA: KEMAJUAN DAN CONTOH UNTUK INDONESIA. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Kearifan Lokal, 2(4), 188-198.
Komalasari, E. (2016). Layanan home visit pendidikan anak usia dini bagi anak kurang sejahtera. Ta'dib, 18(1), 76-85.
Muhammad, N. (2020). Teach Like Fun Teacher Metode Pembelajaran Menyenangkan Ala Finlandia (Vol. 108). Araska Publisher.
Pakarinen, E., Imai-Matsumura, K., Yada, A., Yada, T., Leppänen, A., & Lerkkanen, M. K. (2023). Child-Centered and Teacher-Directed Practices in Two Different Countries: A Descriptive Case Study in Finnish and Japanese Grade 1 Classrooms. Journal of Research in Childhood Education, 1-20.
Palmer, J. A. (1998/0. Environmental education in the 21st century: Theory, practice, progress, promise. London: Routledge.
Reunamo, J., & Suomela, L. (2013). Education for Sustainable Development in Early Childhood Education in Finland. Journal of Teacher Education for Sustainability, 15(2), 91-102.
Saepudin, E., Sukaesih, S., & Rusmana, A. (2017). Peran taman bacaan masyarakat (TBM) bagi anak-anak usia dini. Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan, 5(1), 1-12.
Salminen, J. (2017). Early childhood education and care system in Finland. Nauki o Wychowaniu. Studia Interdyscyplinarne, 5(2), 135-154.
Savolainen, K. (2021). More time children spend in nature during preschool is associated with a greater sense of responsibility for nature: A study in Finland. Ecopsychology, 13(4), 265-275.
Yusutria, Y. (2019). Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini melalui Peningkatan Profesionalitas Guru. Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun