Sadarkan suami kalau tindakannya selain sangat membuat istri tersiksa jiwa dan raga juga sangat tidak baik bila dilihat anak-anak sebab bisa menimbulkan rasa trauma.
Anak bahkan bisa sangat membenci papanya dan meniru perbuatan yang sama untuk orang lain atau keluarganya kelak. Mungkin saja suami masih tetap melakukan KDRT meskipun istri sudah berusaha menyadarkan dengan baik-baik.
Istri kemudian bisa mengajak suami ke psikolog atau pemuka agama yang dipercaya. Bantu psikolog atau pemuka agama tersebut untuk menemukan akar permasalahan mengapa suami melakukan KDRT.
Istri bisa mengingat kembali peristiwa dalam perjalanan pernikahan untuk mengetahui sejak kapan suami mulai ringan tangan dan kira-kira apa penyebabnya.
Bukan tidak mungkin suami pernah mengalami luka batin karena diperlakukan ayah, ibu, atau keluarganya dengan kasar.
Dendam dan kecewa bisa membuatnya mudah melakukan hal yang sama terhadap istrinya sekalipun mungkin hal itu tidak dikehendakinya. Dalam sikap kekerasan suami seperti ini sedapat mungkin tetap tunjukkan rasa hormat istri.
Suami KDRT terlihat sangat kasar dan kuat namun justru sebenarnya hatinya terluka. Baik sekali bila istri membantu mencari akar permasalahan dan mengobati luka suami yang menjadi sumber KDRT.
Pemuka agama dan Psikolog mungkin bisa mendorong suami untuk memaafkan mereka yang telah melukai hati suami. Ajak suami untuk sering mengikuti kegiatan rohani agar mendapat pencerahan.
Pun sering kali apa yang kelihatan tidak mungkin bagi istri sangat mungkin bagi Sang Kuasa bahkan untuk kasus yang lebih parah sekalipun.
Tidak salah juga bila istri terbuka kepada orang tua atau seseorang yang disegani suami siapa tahu ada yang bisa membuatnya berubah. Ceritakan dan tunjukkan luka lebam yang dialami istri.
Bila saja suami tetap melakukan KDRT, sebaiknya istri dan anak-anak mencari tempat berlindung yang aman. Sebuah tempat yang jauh dari jangkauan suami.