Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Seperti Pernikahan Kami, Tong Tji dan Kepala Djenggot Berdampingan Tanpa Saling Meniadakan

10 Oktober 2025   20:08 Diperbarui: 10 Oktober 2025   20:08 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda dengan kopi yang menjadi simbol pemberontakan dan maskulinitas (ingat Chairil dan warung kopi), teh tumbuh diam-diam--lebih feminin, lebih domestik, tapi juga sangat politis: simbol ketenangan di tengah hiruk-pikuk kolonialisme dan modernitas.

Tong Tji dan Kepala Djenggot mengajarkan dua hal yang sama berharganya: akar dan arah. Yang satu mengingatkan kita pada kerja keras dan kesinambungan tradisi; yang lain mengingatkan kita pada kepekaan terhadap perubahan dan kesehatan batin.

Ketika dunia semakin cepat dan bising, mungkin yang kita butuhkan hanyalah kembali ke dapur, menyiapkan air panas, dan membiarkan daun-daun kecil itu berbicara dalam diamnya.

Referensi:

  • Anderson, B. (1988). Cultural Symbolism and Social Order: The Anthropology of Tea Drinking. Journal of Social History, 22(1), 1--20.
  • Benn, J. (2015). Tea in China: A Religious and Cultural History. University of Hawaii Press.
  • Lovell, J. (2011). The Opium War: Drugs, Dreams and the Making of China. Picador.
  • Sen Soshitsu XV. (1979). The Japanese Way of Tea: From Its Origins in China to Sen Rikyu. University of Hawaii Press.
  • Ukers, W. H. (1935). All About Tea. New York: The Tea and Coffee Trade Journal Company.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun