Jalan Tengah: Teknologi yang Berkeadilan
Pertanyaannya bukan apakah robot humanoid akan masuk ke Indonesia--itu hanya soal waktu. Pertanyaan yang lebih penting: bagaimana kita mengelolanya? Ada beberapa jalan tengah yang perlu dipertimbangkan.
Pertama, regulasi. Pemerintah harus membuat aturan jelas tentang sejauh mana perusahaan boleh menggantikan pekerja dengan robot, serta mewajibkan perusahaan menyediakan lapangan kerja alternatif. Tanpa regulasi, perusahaan akan selalu memilih efisiensi jangka pendek, meskipun itu mengorbankan jutaan pekerja.
Kedua, reskilling. Pekerja ritel harus diberikan kesempatan untuk beralih ke sektor lain. Program pelatihan keterampilan digital, logistik, atau layanan berbasis teknologi perlu diperluas. Dengan begitu, pekerja yang tergantikan tidak langsung jatuh dalam jurang pengangguran.
Ketiga, tanggung jawab sosial perusahaan. Ritel modern tidak boleh sekadar menjadi mesin pengumpul laba. Mereka memiliki kewajiban moral untuk memastikan bahwa transformasi teknologi tidak melahirkan ketimpangan yang semakin dalam.
Membayangkan Ritel Masa Depan
Mari membayangkan masa depan ritel di Indonesia. Robot humanoid mungkin akan berdiri di balik meja kasir, menyapa dengan suara sintetis, dan melayani transaksi tanpa kesalahan.
Namun, apakah toko itu akan tetap menjadi ruang sosial? Apakah interaksi manusia akan hilang sepenuhnya, digantikan oleh algoritma yang dingin?
Ritel bukan hanya soal transaksi ekonomi. Ia juga tentang ruang sosial, tempat orang berinteraksi, tersenyum, atau sekadar berbincang singkat dengan kasir.
Jika semuanya digantikan robot, maka yang hilang bukan hanya pekerjaan, tetapi juga dimensi kemanusiaan dalam ruang publik kita.
Menyongsong Revolusi Robotik dengan Bijak