Jadi, apa format idealnya? Berikut adalah beberapa saran dari saya:
1. Hybrid Approach: Gabungkan diskusi terbuka seperti yang dilakukan Prabowo dengan strategi komunikasi digital yang terencana. Misalnya, setelah diskusi terbuka, buat konten ringkas untuk media sosial.
2. Personalisasi Pesan: Gunakan platform seperti Instagram atau TikTok untuk menyampaikan pesan dengan gaya santai tapi tetap berbobot. Contohnya: vlog presiden tentang kebijakan publik tertentu.
3. Lebih interaktif:Â Format Presiden Prabowo Menjawab perlu membuka sesi tanya jawab dengan publik via media sosial. Jangan cuma elitis. Diskusi tematik, tanya-jawab langsung, kayak FGD tapi vibes-nya cozy. Yang kemarin itu, tema-nya gak fokus.
4. Data konkret: Siapkan dokumen kebijakan yang bisa diakses real-time, biar enggak sekadar omong doang.
5. Moderator independen:Â Jangan cuma pemred yang sudah akrab dengan pemerintah. Ajak juga kritikus.
Output yang Diharapkan: Bukan Sekadar Trending Topic
Diskusi macam ini harusnya jadi ajang transparansi, bukan sekadar lips service. Harapannya Cuma dua aja:
- Mendorong akuntabilitas
- Memperkuat trust masyarakat
Kalau cuma buat pencitraan, mending podcast sama Deddy Corbuzier saja, kan?
Kesimpulan: Komunikasi Politik Masa Kini = Dialog + Digital
Komunikasi politik istana harus beradaptasi dengan zaman. Diskusi terbuka adalah langkah awal yang bagus, tapi harus dilengkapi dengan strategi digital yang kuat dan pendekatan etis.
Ingat, rakyat zaman now nggak cuma mau dengar janji; mereka mau lihat aksi nyata dan transparansi.
Dengan format komunikasi politik yang tepat, istana bukan cuma jadi tempat kekuasaan, tapi juga ruang dialog yang hidup!
Referensi:
Avolio, B. J., & Gardner, W. L. (2005). Authentic leadership development: Getting to the root of positive forms of leadership. The leadership quarterly, 16(3), 315-338.
Brown, A. (2021). An ethics of political communication. Routledge.