Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mencari Format Komunikasi Politik Istana di Era Digital

11 April 2025   22:59 Diperbarui: 11 April 2025   22:59 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diskusi.(Foto: Ghibli)

Saya review sedikit ya..

Mendiang Hugo Chavez, Presiden Venezuela, punya acara "Alo Presidente", sebuah platform interaktif di mana ia berbicara langsung kepada rakyat Venezuela.

Donald Trump adalah presiden pertama yang menjadikan Twitter sebagai senjata utama. Cuitannya sering kontroversial, langsung menyerang lawan, atau menyebarkan narasi "kita vs mereka".

Mantan Presiden Barack Obama dikenal sebagai "The Great Communicator" generasi modern. Gaya bicaranya rapi, penuh narasi, dan personal. Lewat storytelling, ia membuat kebijakan yang rumit jadi relatable.

Macron aktif di LinkedIn dan Instagram, posting esai panjang atau video kebijakan dengan gaya intelektual.

Apa Artinya bagi Prabowo?

Gaya Prabowo dengan diskusi terbatas jurnalis mirip elite deliberative model (Fishkin, 1991)--dialog terkurasi untuk membangun narasi terkontrol.

Tapi, di era digital, apakah cukup? Sambil tetap mempertahankan format diskusi dengan para pemred sebelumnya, mungkin perlu kolaborasi gaya Chavez (dialog langsung ke rakyat) dan gaya Bukele (platform digital).

Konkretnya: Kalau dulu Chavez menggunakan Radio, mungkin sekarang Presiden Prabowo bisa dengan live di media sosial.

Ingat! Kita hidup di era yang oleh banyak ilmuwan disebut sebagai post-truth society (Keyes, 2004; D'Ancona, 2017), di mana fakta bisa dikalahkan oleh narasi yang terdengar lebih "enak didenger". 

Dalam konteks ini, publik udah makin sinis sama komunikasi formal nan kaku. Bahasa template istana yang penuh jargon dan diplomasi tinggi makin sulit nempel di hati rakyat (Tumber & Waisbord, 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun