Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gen Z Gagal Interview Kerja: Salah Sistem atau Salah Generasi?

6 April 2025   11:46 Diperbarui: 6 April 2025   11:46 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi interview kerja.(Foto: freepik.com via Kompas)

Mungkin terdengar standar, tapi buat Gen Z, ini bisa terasa dangkal. Kenapa? Karena mereka tumbuh dalam era yang menghargai purpose dan authenticity. Mereka lebih pengen ditanya:

  • "Apa value personal kamu yang cocok sama perusahaan ini?"
  • "Gimana kamu menyelesaikan konflik di tim waktu kuliah?"
  • "Project apa yang paling bikin kamu bangga, dan kenapa?"

Dari kacamata psikologi komunikasi, ini bisa dijelaskan lewat Communication Accommodation Theory (Giles, 1973).

Teori ini bilang kalau komunikasi bisa lebih efektif kalau kedua pihak bisa menyesuaikan gaya bicara.

Nah, masalahnya, banyak pewawancara masih berpegang pada gaya formal dan "interogatif" ala tahun 90-an, sedangkan Gen Z lebih responsif terhadap gaya komunikasi horizontal, personal, dan autentik.

Makanya, ketika pewawancara nanya, "Ceritakan kelemahan kamu," sebagian Gen Z bisa aja jawab jujur banget atau malah ngeblank karena ngerasa pertanyaannya... klise.

Kecanggihan yang Bikin Malah Ribet

Ironisnya, karena Gen Z jago teknologi, mereka sering overprepare.

Banyak dari mereka nonton video "trik lolos interview," ikut webinar, sampai script jawaban.

Hasilnya? Jawaban mereka bisa terdengar artifisial atau jawaban template. Padahal HRD itu udah peka banget kalau calon karyawan lagi acting.

Dan di sinilah Impression Management Theory (Goffman, 1959) masuk. Gen Z sering terjebak dalam dilema antara pengen jujur dan pengen terlihat "ideal" di mata interviewer.

Alhasil, mereka kehilangan keaslian mereka sendiri. HRD pun jadi bingung: ini anak beneran kayak gini atau cuma ngikutin template?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun