a. Mereka Terbiasa dengan Komunikasi Digital, Bukan Face-to-Face
Gen Z tumbuh di era Instagram, TikTok, dan chat singkat pakai emoji. Ketika dihadapkan dengan interview tatap muka yang formal, mereka sering:Â
- Kesulitan mengekspresikan diri secara verbal (karena lebih terbiasa menulis ketimbang ngomong).Â
- Ngerasa pertanyaan interview "basi" (contoh: "Apa kelebihan dan kekurangan Anda?").Â
Menurut Gentina et al. (2022), Gen Z cenderung lebih nyaman dengan asynchronous communication (chat, email) daripada real-time interaction (interview langsung).Â
b. Mereka Menghargai Transparansi & AutentisitasÂ
Gen Z nggak suka basa-basi korporat. Mereka pengen pertanyaan yang langsung ke inti, misalnya:Â
"Di mana Anda lihat diri Anda dalam 5 tahun?"Â (terlalu abstrak)Â
"Apa project paling challenging yang pernah Anda selesaikan, dan bagaimana caranya?" (lebih konkret)Â
Nah, berdasarkan penelitian Ozkan & Solmaz (2022), Gen Z lebih menghargai perusahaan yang transparent dan straightforward dalam komunikasi.Â
c. Mereka Lebih Tertarik pada "Bukti Nyata" daripada "Janji"Â
Gen Z skeptis sama pertanyaan hipotetis seperti "Bagaimana Anda menangani konflik di tim?". Mereka lebih suka tes simulasi atau studi kasus karena lebih realistis.Â
Pertanyaan seperti:
- "Kenapa kamu ingin kerja di sini?"
- "Apa kamu bisa kerja di bawah tekanan?"
- "Ceritakan diri kamu dalam 3 kata."