Waktu bergerak secara tidak biasa. Ganjil. Tanpa isyarat. Rasanya baru kemarin, Ibu mu menangis dari balik pintu persalinan.
Hidup dan kematian setipis baja lempengan. Sementara Ayah mu meratapi kebahagiaan dgn suara adzan yg dieja perlahan dekat di telingamu.
Rasanya baru kemarin, kau merengek di malam buta. Demam tinggi tak terkendali.
Esoknya kau sudah melompat kegirangan melipat perahu kertas untuk kemudian dihanyutkan ke dalam selokan.
Rasanya baru kemarin, kau adalah peniru terbaik di jagadnya dunia kanak-kanak. Dan kini kau menjelma sebagai pemberontak kecil tersayang.
Bising protesmu untuk tidak sepakat pada satu pendapat. Kelak kau adalah pemberontak atas kanun kehidupan. Pelindung Dewi Themis Yang Agung.
Ibumu adalah pemilik rambut menyerupa sapuan ombak dan pasir pantai selatan.
Memutih seperti perak. Terurai bebas menawarkan kisah suka-duka yg begitu lama.
Alismu lebat, mirip sabut kelapa tak terawat. Cokelat bermata biji salak. Teduh, kosong dan berairmata.
Keriput wajah miliknya berbeda. Mengingatkan semua yang hidup kepada kain kafan yang telat dipakai membungkus mayat. Pucat. Duka. Menguat.