Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Nikmati Saja Lagunya

24 Oktober 2017   23:51 Diperbarui: 25 Oktober 2017   01:00 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.fineartamerica.com/images/artworkimages/mediumlarge/1/vibrant-jazz-debra-hurd.jpg

Jari jemari sang Pelukis Koran mengkerut lantaran dinginnya ac didalam ruangan. Malam yang senyap pun tak mampu menghilangkan dinginnya malam. Namun, dingin pulalah yang membawa imajinasi sang pelukis koran terbang merapikan tulisan demi tulisan hingga menjadi sebuah karya yang elok ditengah pembacanya.

Senandung tembang lama menjadi teman imajinasi sang pelukis koran. Tanpa lagu, rasa itu hilang. Laksana hilangnya manusia saat sangkakala bertiup di akhir zaman.

Klik!!!

Next!!!

Tanpa undangan... Diriku kau lupakan

Tanpa utusan . . . Diriku kau tinggalkan

Tanpa bicara . . . Kau buat ku kecewa

Tanpa berdosa . . . Kau buatku merana

Tembang lawas 'tenda biru' Desy Ratnasari menyulut semangat pelukis koran. Alunan musik menambah tarian jemari sang pelukis koran menguasai medan kanvas elektronik. Sampai-sampai orang  seisi ruangan dibuatnya bernyanyi mengikuti lirik lagu. Lantaran lagu lawas, orang seisi ruangan dibuatnya sendu. Memang, sebagian orang memandang lagu ini masih terdengar merdu mengundang pendengarnya bernostalgia dengan masa lalu. Sebagian lagi lagu ini terlalu tua untuk didengar di zaman globalisasi.

Klik!!!

Next!!!

Malam malam aku sendiri

Tanpa cintamu lagi oh..oh ho..ho

Hanya satu keyakinanku

Bintang kan bersinar

Menerpa hidupku Bahagia kan datang ..oh oh

"uuhh,,,, lagunya." Desusnya

Tembang lawas berikutnya 'Bintang Kehidupan' Nike Ardila, karakter suara penyanyi ini cukup tinggi dan sedikit emosional. Pelukis koran langsung terbawa suasana melantungkan irama suara duanya, sementara orang seisi ruangan dengan suara cempreng berusaha menyesuaikan tinggi rendahnya nada lagu. Ada juga yang sedikit bagus, tapi tidak mampu mencapai nada tinggi. Makin tinggi, suaranya jadi amat cempreng mengalahkan suara Desta yang terkenal itu.

Ruangan malam itu jadi ribut, seolah-olah sedang ada perkelahian individu antar pemilik suara cempreng.

"Lama betul lagumu, macam tidak ada lagu lain." kata salah satu pelukis koran yang sibuk merapikan perwajahan koran.

"Jangan lihat tahun terbitnya lagu ini, tapi simak isinya." Nasehatnya.

Memang benar, sebagian lagu lama sangat menyentuh hati sanubari manusia. Kalau dibandingkan dengan lagu sekarang ini, tembang lama seolah-olah menggambarkan bagaimana manusia di masa lalu mengalami gejolak hati yang sangat dalam. Sanking dalamnya, patah hatipun dibuatnya menjadi lagu dan iramanya sesuai gejolak hati yang dialami. Sungguh menggugah jiwa!Pikirnya.

Klik!!!

Next!!!

Kiapa dang kita yang ngana da pilih sayang..
Cuma lantaran na pe sakit hati pa orang laeng..
Kong kiapa dang kita yang ngana bekeng bagini..
So apa do' kita pe salah..
Sampe ngana bapindah hati..

Tak luput pula tembang lawas manado 'Arang Tampurung' Gunawan kian menambah sendu pelukis koran. Entah sihir apa yang ada dalam tembang lawas ini. Belum saja masuk lirik lagu, tembang lawas ini langsung disambut keriuhan seisi ruangan kantor, ada yang berteriak histeris tidak sanggup mendengar tembang lawas ini sampai-sampai untuk meminta diganti. Ada pula yang menyapu dada seakan-akan teringat masa lalunya yang pahit. Sungguh, tembang lawas buat manusia jadi terhanyut dalam sendu.

Hari makin larut, orang seisi ruangan ada tertidur pulas diatas sofa merah nan empuk, sedangkan yang lain masih setia menatap layar komputer menyelami lautan berita hari ini. Pelukis koran berparas tampan hampir menyelesaikan tugasnya memperindah wajah koran hari ini. Untung saja, wajah koran hari ini tidak seperti tembang lawas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun