Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Obrolan Dalam Secangkir Kopi

30 Agustus 2017   22:18 Diperbarui: 30 Agustus 2017   22:50 5155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dunialytozz.blogspot.com

Manakala cinta berkumandang ditelinga manusia, hembusan angin seakan-akan hendak berkata "aku adalah kesejukan yang engkau inginkan". Memang benar, cinta membuat manusia seperti terbang ke atas imajinasi tanpa terbatas.

Suatu malam, disela menikmati kopi di Warkop Refans, saya terlibat obrolan ringan dengan topik yang cukup romantis dengan salah seorang pemuda, dia ahli memainkan catur.

Seringkali kita memaknai cinta dengan ekspresi enggan mendengar. Apalagi, kalau sudah masuk pada sesi curhat. Ini menjadi lebih menarik. Hampir tidak ada yang menyangga, dibalik semangat ada cinta yang bersemi, begitupun sebaliknya. Namun ternyata, dia belum memahami cinta dibalik segelas kopi.

Dalam obrolan kami, dia berkata "Bang, kok sampai hari ini masih suka ngopi," saya menjawab, "hmmm, kenapa? Kopi kan enak?" Menurut dia kopi hanya sebuah minuman berwarna hitam, pahit manis, dan bisa membuat penikmatnya asam lambung.

Saya sempat berfikir, mungkin dia belum faham. Padahal, kopi memiliki banyak hasiat buat kesehatan. Apalagi, untuk diminum saat sedang berfikir. Tidak hanya itu, kopi bisa menjelaskan kenapa orang-orang lebih senang minum kopi dari pada minuman lainnya. Lalu, kenapa harus bertanya demikian? ada hal yang belum dimengerti pemuda ini.

"Enak, dimana enaknya bang? Rasanya tidak jauh-jauh dari pahit dan manis," sanggahnya dengan wajah serius.  

Saya balik bertanya "Kenapa bertanya begitu dik? Kan adik suka kopi juga. Apalagi waktu kita lagi diskusi, meminum kopi seperti minum air putih. Habis, terus tambah lagi, dan terus tambah,"

Kemudian dia menanggapi "Ya memang saya suka kopi. Apalagi waktu diskusi, huff lancar fikiran. Tapi, apa sebabnya abang suka kopi," wajah serius tampak menyelimuti obrolan malam ini

Pukul 23.00 wita, warkop masih ramai. Dari pengunjung yang datang, 90 persen menikmati kopi. Sama seperti obrolan ini, membuat saya teringat kalimat buya hamka memaknai tentang cinta.

"Coba adik berfikir, kenapa orang-orang itu tiap hari minum kopi? Padahal di sini ada jus, es buah, dan masih banyak lagi,"

Fikirannya mulai kemana-mana "Iya sih bang, walau namanya warung kopi, tapi ada minuman lain. Apa ini hanya strategi dagang atau apa bang? " tanya dengan wajah semakin bingung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun