Mohon tunggu...
H. Rackhmad Kristianto Adi
H. Rackhmad Kristianto Adi Mohon Tunggu... Kurikulum

Saya Guru Fisika di SMA Sedes Sapientiae Jambu, sekolah swasta Katolik berasrama yang berfokus pada pembentukan karakter dan pendidikan holistik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kamis Putih Warisan Kasih yang Menghidupkan

18 April 2025   10:00 Diperbarui: 18 April 2025   09:53 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku..." Dokumen Pribadi

Kesabaran: Diberi Bukan Diberi, Tapi Dilatih

Saat Romo Pitoyo menceritakan kisah Thomas Alva Edison yang gagal ribuan kali sebelum menemukan lampu pijar, ia tersenyum dan berkata:

"Kadang kita minta kesabaran, tapi malah diberi... tantangan kesabaran."

Semua umat tertawa, tapi tawa itu bukan tawa ringan. Itu tawa yang menyadari kebenaran di baliknya. Kesabaran bukanlah sesuatu yang serta-merta turun dari langit. Ia adalah hasil dari perjuangan, pergumulan, dan latihan dalam penderitaan.

Sebagai seorang guru dan orang tua, saya seringkali merasa ingin cepat,hasil langsung, perubahan instan. Namun malam itu saya diingatkan: kesabaran adalah karunia yang bertumbuh dari luka, dari jatuh bangun, dan dari doa yang setia.

Prosesi Sakramen Mahakudus: "Tinggallah di Sini dan Berjaga-jagalah"

Prosesi Perarakan Sakramen Maha Kudus. Dokumen Pribadi
Prosesi Perarakan Sakramen Maha Kudus. Dokumen Pribadi

Misa berakhir dengan prosesi Sakramen Mahakudus.  Lampu kapel tetap menyala, tapi suasananya berubah drastis. Sunyi. Sakral. Menggetarkan.

Hosti Kudus dibawa dalam monstran oleh Romo, dengan langkah perlahan. Semua umat berdiri, namun tak ada yang bersuara. Kami memasuki malam berjaga.

"Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku..."
(Matius 26:38)

Saya menunduk dalam keheningan. Seperti para murid di Taman Getsemani, saya duduk, diam, dan berdoa. Malam ini Yesus sendiri yang berjaga, yang menatap kita satu per satu. Dan dalam tatapan itu, saya merasa ditatap sebagai pribadi, sebagai anak yang dicintai, bukan hanya pelayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun