"Ambillah dan makanlah, inilah Tubuh-Ku... Ambillah dan minumlah, inilah Darah-Ku..."
(bdk. Mat 26:26--28)
Yesus memilih hal yang sangat dasar: makan dan minum. Ia tahu, manusia tidak bisa hidup tanpa itu. Ia hadir dalam keseharian, dalam kebutuhan paling manusiawi, dalam kehadiran yang terus menyertai.
Setiap kali kita menerima Komuni Kudus, kita tidak sekadar menjalankan ritus. Kita menerima warisan kasih, kekuatan dari Allah sendiri, dan pengingat bahwa kita tidak pernah berjalan sendirian. Dalam setiap langkah hidup, Ia menyertai sampai akhir zaman.
Pembasuhan Kaki: Cinta yang Merendah, Cinta yang Melayani
Setelah homili, Romo Pitoyo turun dari altar. Ia mengambil baskom kecil dan sehelai kain putih. Ia kemudian membasuh kaki perwakilan umat.
Pemandangan ini membuat saya menahan napas. Dalam keheningan kapel, terdengar hanya suara air yang menyentuh kulit dan kain yang membelai lembut.
Saya teringat sabda Yesus kepada murid-murid-Nya:
"Jika Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki."
(Yohanes 13:14)
Yesus, Sang Guru, membasuh kaki para murid-Nya. Tindakan kasih yang tanpa gengsi. Tindakan yang menelanjangi ego dan kuasa. Tindakan yang menyentuh hati saya sebagai bapak, guru, dan umat Allah.
Apakah saya selama ini cukup merendahkan hati untuk melayani keluargaku, murid-muridku, dan sesamaku?