Mohon tunggu...
Rifaldi Ahmad
Rifaldi Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Torehan-Pensil14

•Terpenuhinya hasratmu | tergantung dari seberapa besar kesabaranmu•

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pengharapan Paksa Nadi Kehidupan

19 April 2020   21:01 Diperbarui: 19 April 2020   20:52 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: November 2019. (sumber: Galeri 14)

Penantian yang sangat tak bosan... Telah mencapai titik sentral Permulaan... Pertemuan... Perbaikan... Pengingat seruan... Seruan panjang yang sangat nyaman... pelatihan dalam menahan... Menahan segala perbuatan... Yang menyenangkan... Dari candu kemanusiaan...
Oooooooohh....
Keheningan tanpa persyaratan... Memaksa hati ingin menanyakan... Apa haruskah di laksanakan ... Atau berpamitan.... Pamitan yang mengandung kelumpuhan... Lumpuh yang amat banyak kebodohan... Pikiran ini terus berlari tapi berjalan... Merangkak dahsyat tapi statis pada gerakan...
Oooooooohh...
Sukar untuk menemukan... Temukan... Temui pada kedalaman penalaran... Berlalu sudah sebuah pajangan... Pajangan yang mengatur kehidupan... Yang selalu bergantungan... Oleh kehidupan kenyataan... Di setiap penasaran... Yang aktif pada kegiatan... Yakni tiga besi kecil yang lihai pada kecepatan... Seperti bentuk pipih yang memaksa pelebaran... Ialah kompak yang beraturan... Pada bunyi atau ketukan... Kesamaan pun berperan... Pada ketukan nadi kehidupan... Atau detak jantung pernapasan... Menikmati pada tugas yang nyaman... Yang berada di atas dinding papan... Dengan berputar kekiri menjadi kemustahilan... Walaupun telah di ubah dengan paksaan... Paksa tanpa tak kesengajaan... Untuk sekali saja kembali ke kekanan...
Oooooooohh...
Pengharapan paksa ... Oleh senyawa-senyawa sama... Yang berada pada tahap yang sama... yakni sesal selamanya... Selamanya lewat sandaran aksioma...
Asumsi kebenaran tanpa pembuktian yang nyata...
Minggu, 19 April 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun