Mohon tunggu...
Qiey Romdani
Qiey Romdani Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Penulis Freelancer

Penulis Freelancer dan Penikmat Sunyi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa Anak Saleh dan Monyet Kelaparan

13 Desember 2018   22:15 Diperbarui: 13 Desember 2018   23:21 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

            "Iya, kiai."

 

            Kiai Muhammad berpamitan pada pak Asan karena ada kepentingan menjegok kerabat di rumah sakit kecamatan. Pak Asan pun mencium tangan Kiai Muhammad yang dikenal alim dan wara` di desa ini.

 

            Mentari menampakkan diri. Pak Asan melaksanakan sholat Dhuha. Lalu pulang ke rumah seolah tidak ada kejadian sama sekali.

 

***

            Senja hampir berakhir ditelan gelap malam. Pak Asan duduk di atas tembok amper rumahnya sembari merokok kretek. Angin senja masih saja menyapa wajahnya meski senja akan segera berakhir. Dia teringat pesan kiai Muhammad bahwa beliau menyuruhnya untuk sowan ke rumahnya hampir manghrib. Seketika, dia sadar dan langsung pergi ke rumah kiai karismatik di desa ini. Tak lupa, dia membawa pisang yang sengaja diambil dari kebun samping rumah untuk diberikan pada keluarga kiai Muhammad.

            Dalam perjalan memikul pisang di bahu. Terbersit dalam pikirannya, alasan apa kiai Muhammad memanggilnya? Tapi dia tak memperdulikan itu semua, pasti paggilan kiai adalah kehormatan terbesar dalam dirinya. Meski terasa berat memopoh pisang, tapi terasa manis untuk dinikmati.

            Di tengah perjalanan yang berlobang-lobang. Pak Asan melihat seorang anak dengan monyet di bahu seperti dirinya. Pak Asan berhenti dan melihat wajah anak kecil di sampingnya. Sepertinya, dia belum melihat seorang lelaki dengan monyet di desa ini. Dia mengernyitkan dahi. Lalu, mengingat kembali wajah-wajah anak desa yang pernah ditemui tapi tak sama dengan di depannya. Lantas siapa anak ini? Mana orang tuanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun