Mohon tunggu...
Puspaningrum ApriliaRahmawati
Puspaningrum ApriliaRahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Saya gemar menuangkan isi pikiran saya melalui bentuk paragraf-paragraf yang juga bisa dinikmati oleh orang lain. Beberapa topik seperti pendidikan, politik, lingkungan, bahkan masalah sehari-hari membuat saya sangat tertarik untuk mendalaminya. Saya membutuhkan opini-opini penulis lain untuk membantu saya menambah jawaban-jawaban atas beberapa pertanyaan dan gagasan konyol saya.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Usiamu Bertambah

7 Juli 2025   22:51 Diperbarui: 7 Juli 2025   22:51 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini dibuat dengan pengamatan sederhana, dibalut dengan rasa 'sok tau' penulis. Selamat membaca... 

Yana namanya. Tanah Sumbawa menjadi tempat yang sering ia sebut ketika orang-orang bertanya asalnya. Mungkin akan menjadi salah satu impianku esok untuk kesana. 

Aku mengenalnya di kampus ketika semester 2, tak sengaja kami berada dalam satu kelas. Menghirup atmosfer yang sama. 

Jika boleh ku deskripsikan, kulitnya yang sawo matang, terlihat indah ketika terkena sinar mentari. Putih dan rapi giginya, mengukir manis senyuman di wajahnya yang ekspresif. Matanya yang tak belo, terlihat sipit ketika ia tertawa. 

Aku belum terlalu mengenalnya. Hanya sering mendengar namanya ketika teman menyebut "itu lo Yana yang dari NTB". Bahkan ketika kami sudah berada dalam satu kelas yang sama, belum juga aku mengenalnya. 

Hingga pada hari minggu siang, aku pergi ke tempat tinggalnya. Tak sengaja, karena aku butuh bantuan darinya. Tapi siapa sangka, hari itu bertepatan pergantian umurnya. Rasa hati, seperti kami memang disengaja untuk bersama. 

Panjang cerita hari itu. Kami pergi mengabadikan memori sebagai mahasiswa, dengan menyimpan gambar dalam camera self studio. Kami berpose layaknya mahasiswa yang hampir lulus, padahal baru saja melangkah di tangga dunia perkuliahan. Tak mengapa, itulah cara kami bahagia. 

Dilanjut pada malamnya, kami pergi ke Fun City Point. Kami menghabiskan uang jajan kami, yang seharusnya dipakai untuk menambal liburan-liburan semester ini. Fakta yang tak mengejutkan, bahwa menghabiskan uang sungguh menyenangkan, syarat: "dengan siapa orangnya". 

Disinilah aku mulai mengenal Yana. "Ramah". Satu kata yang menggambarkan bagaimana ia bertemu dengan orang baru. Tak pelit ketika ia mengukir senyum di wajahnya. Siapa saja yang memperhatikannya, sudah pasti ia kembali sapa. Bahkan terhitung beberapa kali kami bertemu dengan anak-anak, tak ragu ia memeluknya. Mana mungkin aku bisa begitu?

Hal yang ia sukai adalah mengabadikan seluruh momen. Seharusnya kami menyewa videografer, agar memori ini tak hilang begitu saja. "Tolong videoin dongg Puspaa", "ihh lucuu pengen foto deh".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun