Mohon tunggu...
Puput Afat
Puput Afat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

haiii:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Senja

17 Agustus 2022   23:31 Diperbarui: 17 Agustus 2022   23:31 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku, berdiri di samping jendela kayu yang kokoh, dibawah sinar lampu yang temaram. Mencoba memandang kearah barat, melihat perlahan matahari akan sirna, hanya ada cahaya jingga yang memantulkan sebagian dari cahaya matahari. Burung senja terbang dibalik awan, barangkali jika ku sapa, mereka akan menghampiriku, kataku dalam hati seraya tersenyum. Angin sore berhembus sepoi-sepoi, seolah menghembuskan udara pada wajahku, dan seolah meminta untuk ku hirup udaranya. Samar kulihat awan bergerak perlahan, memberikan seni tersendiri pada karya sore ini. Ahh, ternyata tinggal hitungan detik matahari akan tenggelam. Kurasakan kenyamanan saat memandangnya, hingga tanpa kusadari senyum terpancar di balik bibirku. Ternyata setitik cahaya pun bisa memberikan keindahan yang luar biasa diantara luasnya langit yang sore ini. Seandainya setiap hari ketika membuka jendela, aku dapat menikmati atmosfer ini, memandang langit dan mencoba tak memikirkan hal-hal yang akan terjadi kedepannya. Mataharipun perlahan tenggelam, cahaya gelap terpancar dalam keheningan malam, senja elok berganti menjadi malam yang gelap. Saat ini aku mencoba menatap satu bintang kecil yang muncul dalam kegelapan malam, tapi kemudian ku tutup jendela kembali, aku hanya tak suka satu bintang saja yang bersinar, mungkin aku dapat menemukan bintang yang tersembunyi di balik awan malam. Tapi aku tidak suka kegelapan tanpa panorama, aku hanya suka senja.

***
Seperti aku yang hanya menyukai senja, dan enggan melihat indahnya setitik bintang ataupun bintang yang sedang bersembunyi di kegelapan malam, terkadang kita tak menyadari ada cahaya kecil dalam malam yang gelap, walaupun kecil untuk dilihat, tetapi betapa indahnya sinar itu walaupun tak bisa menerangi malam. Terkadang kita lupa untuk memandang sesuatu dari sisi lain, hingga memiliki prasangka yang kontra dengan yang seharusnya.

Aku memiliki kekasih yang sangat aku cintai, namanya Brian, memang aku baru mengenalnya 3 bulan terakhir ini di Sekolah Menengah Atas, tapi berada disampingnya membuatku sangat nyaman, dia memberikan kebahagiaan yang tidak diberikan oleh orang tua, dan teman-temanku. Dia sangat perhatian, mengingatkanku pada hal-hal kecil yang bahkan aku tidak dapat menyadarinya. Anehnya aku dan dia juga sama-sama menyukai senja, sepulang sekolah aku dan dia selalu berhenti untuk melihat senja, bukankah dia laki-laki yang sangat sempurna? batinku. Dan poin tambahan darinya, dia sangat tampan, wajahnya yang sekilas mirip dengan orang arab dan dia lebih memilih untuk menjalin asmara denganku dari pada dengan wanita lain, memberikan gambaran padaku bahwa aku sangat berarti untuknya, aku sangat bahagia menikmati hari-hariku bersamanya, setiap pulang sekolah dia selalu menghampiriku dikelas.

"Pulang bareng aku aja yuk, mumpung langit sorenya cantik". Kalimat yang terucap dari mulutnya sontak membuat hatiku berdegup kencang, dengan pipi yang memerah dan senyum yang tak lagi terbendung, tanpa basa-basi aku langsung menjawab

"Boleh, yuk".

Akan tetapi aku adalah anak strict parents dan agamis, semua hal yang kulakukan dengan Brian kulakukan diam-diam, sangat melelahkan, aku benci ketika diatur oleh orang tuaku pikirku, aku adalah remaja yang ingin sedikit merasakan kebebasan, kebahagian, dan kesenangan dengan orang lain, hingga suatu saat sahabatku menceritakan hubunganku dengan Brian kepada orang tua ku.

Pada hari itu, semua berjalan seperti biasanya, aku dan aktivitas sekolahku juga interaksi dengan semua orang. Hari ini, aku dan Brian tidak pulang bersama, karena ada ekskul disekolah, aku pulang bersama sahabatku Rini, dia adalah sahabatku sejak TK, dia mengenalku jauh lebih baik daripada siapapun, dia selalu bersamaku apapun yang terjadi, yang aku suka darinya, dia selalu menegurku ketika aku berbuat salah atau aku bertingkah aneh agar aku tidak menyesal dikemudian hari, dia adalah penutur yang sangat baik, dia tidak ingin hal-hal buruk terjadi padaku, akan tetapi anehnya dia seperti tidak suka ketika aku berpacaran dengan Brian, mungkin karena waktu yang biasanya kuhabiskan dengan Rini dirampas oleh Brian.

Hari itu karena penasaran, kutanyakan kepadanya

"Rin.. kenapa kamu gak suka Brian" aku bertanya saat kita sedang berganti baju di kamar mandi, lalu Rini menjawab

"Lah.. kalo aku suka Brian, kita rebutan dong haha" dia menanggapinya dengan lelucon, tapi aku tahu itu bukan jawaban yang sesungguhnya, karena aku tahu persis dirinya.

Waktu berjalan pukul 17.45. Saat diperjalanan pulang tiba-tiba Rini berkata dengan lirih : "Maafin aku ya..", aku tak begitu mendengarnya, karena ku kira rini sedang bergumam. Setiba di rumah, Rini mengikutiku sampai ke dalam rumah, aku kira dia akan menginap dirumahku, ternyata dia duduk disamping orang tua ku yang menungguku di ruang tengah, dengan suasana tegang, tiba-tiba mamahku menghampiriku dan menggeret tanganku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun