Siapa yang pernah merasa punya banyak pekerjaan, tapi justru bingung harus mulai dari mana? Bukannya langsung menyelesaikan tugas, malah berakhir scroll media sosial atau melamun. Kalau kamu pernah mengalami ini, tenang, kamu nggak sendirian!
Fenomena ini bisa dijelaskan melalui beberapa konsep psikologi yang bikin kita paham kenapa kebanyakan kerjaan malah bikin kita nggak produktif sama sekali.
1. Paradox of Choice & Information Overload
Ketika dihadapkan pada terlalu banyak pilihan, otak kita justru kesulitan mengambil keputusan. Ini disebut Paradox of Choice (Yuricha & Phan, 2025). Alih-alih langsung bertindak, kita malah terjebak dalam kebingungan. Ditambah lagi, banjir informasi (Information Overload) membuat kita makin sulit memilah mana yang penting dan mana yang bisa ditunda. Hasilnya? Tugas tetap numpuk, tapi kita malah stuck!
Semakin banyak pilihan yang tersedia, semakin besar energi yang kita habiskan untuk menimbang mana yang terbaik. Akibatnya, keputusan yang harusnya sederhana malah jadi beban berat. Kita jadi overthinking, takut salah pilih, dan akhirnya justru nggak mengambil keputusan sama sekali. Makanya, nggak heran kalau kebanyakan opsi malah bikin kita lelah duluan sebelum mulai.
2. Kelelahan Mental dan Burnout
Tekanan kerja yang berlebihan dalam waktu singkat bisa bikin seseorang mengalami kelelahan emosional atau burnout (Talahatu, 2018). Ketika kita terus-menerus dipaksa fokus tanpa istirahat, energi mental kita habis lebih cepat, dan akhirnya muncul rasa malas atau bahkan keinginan buat menyerah sebelum mulai.
Burnout nggak hanya bikin kita merasa lelah secara fisik dan mental, tapi juga bisa menghilangkan motivasi. Saat beban kerja terlalu banyak dan kita merasa nggak ada jeda, otak kita otomatis masuk ke mode "bertahan hidup", di mana fokus kita cuma bertahan, bukan berkembang. Akibatnya, performa kerja turun, kreativitas menghilang, dan kita jadi lebih gampang frustrasi.
3. Prokrastinasi dan Stres Akademik
Pernah nggak, merasa stres gara-gara kerjaan yang terus ditunda? Nah, prokrastinasi alias kebiasaan menunda-nunda ini bukan sekadar malas, tapi bisa berdampak serius, lho! Prokrastinasi yang berkepanjangan bisa menyebabkan stres akademik, kehilangan kepercayaan diri, dan bahkan menurunkan performa kerja atau akademik (Bela et al., 2023).
Ketika kita terus menunda tugas, beban mental justru semakin berat. Setiap kali kita ingat ada pekerjaan yang belum selesai, ada perasaan bersalah dan cemas yang muncul. Lama-kelamaan, ini bisa berujung pada stres berkepanjangan, bahkan bisa mempengaruhi kesehatan fisik kita seperti sakit kepala, gangguan tidur, atau kelelahan kronis.
4. Kenapa Kita Sering Menunda?
Menurut penelitian, prokrastinasi terjadi karena kita kesulitan mengelola waktu dan lebih cenderung memilih aktivitas yang lebih menyenangkan (Sanggasurya & Mamahit, 2021). Makanya, tanpa disadari, kita lebih sering ngecek HP, nonton video pendek, atau bahkan iseng bersih-bersih kamar demi menghindari pekerjaan yang harusnya segera dikerjakan.
Selain itu, ada faktor psikologis lain yang bikin kita sering menunda, seperti perfeksionisme dan takut gagal. Kadang kita merasa tugas yang harus dikerjakan harus sempurna, jadi kita menundanya sampai "mood" datang. Padahal, semakin lama kita menunggu, semakin sulit untuk memulai, dan semakin besar tekanan yang kita rasakan.
5. Cara Mengatasi Kebingungan dan Ketidakproduktifan
Kalau kamu sering mengalami hal ini, coba beberapa strategi berikut:
Gunakan Teknik Pomodoro: Kerja dalam interval waktu (misalnya 25 menit kerja, 5 menit istirahat) bisa bantu otak tetap fokus.
Prioritaskan dengan Eisenhower Matrix: Pisahkan tugas berdasarkan urgensi dan kepentingannya.
Kurangi Distraksi: Matikan notifikasi HP atau pakai aplikasi yang membatasi waktu penggunaan media sosial.
Single-tasking, bukan Multitasking: Fokus pada satu pekerjaan dalam satu waktu supaya lebih efektif.
Ambil Istirahat yang Cukup: Jangan paksakan diri terus bekerja tanpa jeda, karena energi mental kita ada batasnya.
Jadi, kalau merasa tenggelam dalam tumpukan kerjaan , jangan panik! Ambil napas, susun strategi, dan mulai dari langkah kecil. Yang penting bukan seberapa banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, tapi seberapa pintar kita mengatur waktu dan energi. Selamat mencoba!
Daftar Pustaka
Bela, A., Thohiroh, S., Efendi, Y. R., & Rahman, S. (2023). Prokrastinasi akademik dan manajemen waktu terhadap stres akademik pada mahasiswa di masa pandemi: review literatur. Jurnal Psikologi Wijaya Putra (Psikowipa), 4(1), 37-48.
Sanggasurya, L., & Mamahit, H. C. (2021). Prokrastinasi akademik siswa SMA Marie Joseph Kelapa Gading. Psiko Edukasi, 19(2), 151-165.
Talahatu, I. (2018). Kelelahan emosional terhadap motivasi kerja pegawai pada PT. PLN Persero Wilayah Maluku dan Maluku Utara. Jurnal Minds: Manajemen Ide dan Inspirasi, 5(2), 173-188.
Yuricha, Y., & Phan, I. K. (2025). Rekomendasi drama Korea menggunakan content-based filtering dengan weighted tree similarity. Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan, 13(1).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI