Jam menunjukkan pukul 06.00. Udara masih dingin, embun belum sepenuhnya menguap, dan matahari malu-malu mengintip dari balik awan. Di dapur, suara air mendidih dan aroma kopi yang menyeruak membawa satu kesadaran: satu minggu telah berlalu.
Cepat sekali, ya?
Rasanya baru kemarin hari Senin datang membawa daftar panjang pekerjaan. Lalu hari-hari berjalan dalam rutinitas: bangun, sibuk, lelah, tidur. Begitu saja, berulang, tanpa sempat menoleh dan bertanya, "Apa yang sudah kulakukan minggu ini? Apa yang kualami sungguh-sungguh kurasakan?"
Minggu pagi memberi jeda. Waktu untuk mengendapkan. Waktu untuk menjadi manusia kembali, bukan hanya mesin produktivitas.
Sudah Terjadi Banyak Hal
Minggu ini, mungkin ada yang berhasil mencapai target, mungkin juga ada yang gagal dan kecewa. Ada yang tersenyum bahagia, ada juga yang menahan tangis diam-diam. Ada pesan-pesan yang belum sempat dibalas, janji yang tertunda, dan langkah yang terasa berat.
Tapi tak apa.
Karena hidup bukan tentang seberapa sempurna semuanya berjalan, tapi bagaimana kita belajar menerima prosesnya.
Hidup Tak Perlu Serumit Itu
Pagi ini, coba duduk tenang. Pegang cangkir kopimu, hirup aromanya. Rasakan hangatnya berpindah ke telapak tanganmu. Dengarkan suara alam: burung, angin, kadang suara sepeda lewat.
Lalu bisikkan ke diri sendiri:
"Aku tak harus menyenangkan semua orang. Aku tak harus mencapai semuanya sekarang juga. Yang penting aku hadir hari ini---sadar, cukup, dan damai."
Karena dalam dunia yang terus mendorong kita untuk lebih cepat, lebih kaya, lebih sibuk, kadang keberanian sejati adalah memilih hidup lebih pelan. Lebih sederhana. Lebih tahu apa yang penting.
Hari Ini, Mari Bernapas Lebih Dalam
Biarkan minggu ini berlalu dengan segala ceritanya. Kita tak perlu menyesali yang tak selesai, cukup belajar darinya. Dan kita tak perlu terlalu takut dengan minggu depan---ia akan datang dengan sendirinya.
Yang penting: hari ini kita hadir, dengan sepenuh hati.
Ambil napas panjang. Seruput kopimu. Pandang langit. Dan ucapkan dengan tenang:
"Aku cukup. Aku masih di sini. Dan itu sudah lebih dari cukup."
Salam dari De Koloni - pingiran Alas Roban
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI