Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Lebih Baik Fakir Kata daripada Miskin Ide

12 Oktober 2020   06:52 Diperbarui: 12 Oktober 2020   07:12 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangankan 50 kata, seandainya di depan mejamu tersaji ratusan kata pun kamu mungkin kesulitan merangkainya menjadi satu tulisan yang menarik. Alasan yang pertama adalah malas, yang kedua kamu sudah menyerah duluan.

Kita seringkali merasa putus asa ketika menemui kendala dalam proses kreatif yang kita lakukan. Kita seringkali merasa sudah kalah duluan saat ada batasan yang kita rasa tidak mampu melewatinya. Padahal, kendala dan batasan itu seringkali memicu kreativitas dan dapat memberi manfaat bagi diri kita sendiri saat melakukan sebuah proses kreatif.

Sebagai penulis konten, aku termasuk kelompok penulis yang - seperti judul artikelnya mas Khrisna Pabhicara - fakir kata. Jujur saja, aku sering kesulitan untuk menemukan, memikirkan serta menempatkan diksi (pilihan kata yang tepat dan selaras) dan frasa dalam kalimat. 

Aku tidak seperti mbak Lilik Fatimah Azzahra, cerpenis Kompasiana yang dijuluki Ratu Diksi. Aku tidak seperti mas Khrisna Pabhicara yang dijuluki KBBI Berjalan. Pilihan kataku terbatas pada kata-kata dasar yang sederhana.

Apakah aku menyerah dengan keterbatasan ini?

Tidak. Aku mencontoh kreativitas Dr. Seuss yang menjadikan kendala dan batasan sebagai kanvas untuk menciptakan karya seni. Dr. Seuss diberi batasan kurang dari 50 kata. Itulah ukuran kanvasnya. Tugasnya adalah melihat gambar seperti apa yang bisa dia lukis dengan kata-kata itu.

Tips Menggunakan Keterbatasan Kata Dalam Menulis Artikel


Bagaimana cara menggunakan keterbatasan kata untuk menghasilkan tulisan yang baik?

Pertama, tulis apa adanya.

Ya, itu yang seringkali kulakukan. Saat ide mampir di kepala, kupikirkan kata-kata yang pertama kali muncul yang bisa menguraikan ide tersebut. Sekalipun nantinya hanya bisa membentuk satu kalimat. Apapun dan berapapun kata yang kita miliki, tulis saja dahulu.

Kedua, baca kembali susunan kalimat yang sudah kita tuliskan.

Dengan membaca ulang, kita bisa mengetahui kata mana yang tidak tepat, frasa mana yang tidak sesuai, hingga transisi antar kalimat yang mungkin tidak nyambung. Dengan membaca ulang kita juga bisa menemukan pilihan kata-kata sambung yang sesuai hingga susunan kalimatnya menjadi enak dibaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun