Mohon tunggu...
Prelin Natalia
Prelin Natalia Mohon Tunggu... Mahasiswa Akuntansi

Mahasiswa Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Financial

Green Accounting Sebagai Instrumen Pengendalian Biaya Lingkungan pada Industri Manufaktur

17 September 2025   00:08 Diperbarui: 17 September 2025   00:08 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain menekan biaya, green accounting meningkatkan citra perusahaan sebagai entitas yang peduli lingkungan. Hal ini menarik investor, konsumen, dan bahkan memudahkan akses ke pendanaan hijau (green financing). Reputasi positif ini merupakan “nilai tambah” yang tidak hanya mengurangi risiko biaya lingkungan, tetapi juga meningkatkan nilai pasar perusahaan.

Apa dampak bagi perusahaan dan masyarakat jika perusahaan manufaktur tersebut tidak memperhatikan penerapan green accounting?

Kalau perusahaan manufaktur tidak menerapkan green accounting, ada sejumlah dampak negatif yang bisa terjadi, baik bagi perusahaan sendiri maupun masyarakat luas.

Dampak bagi Perusahaan

  1. Meningkatnya Biaya Jangka Panjang
    • Tanpa pencatatan dan pengendalian biaya lingkungan, perusahaan bisa menanggung biaya besar akibat pencemaran: denda, kompensasi, biaya pemulihan lingkungan, hingga gugatan hukum.
    • Contoh: perusahaan yang membuang limbah cair tanpa pengolahan bisa didenda miliaran rupiah dan tetap harus membiayai pemulihan sungai yang tercemar.
  2. Risiko Hukum dan Sanksi Pemerintah
    • Tidak mematuhi regulasi lingkungan (UU No. 32 Tahun 2009 atau aturan KLHK) dapat berakibat sanksi administratif, denda, bahkan pencabutan izin usaha.
  3. Menurunnya Reputasi dan Citra Perusahaan
    • Konsumen kini lebih peduli pada isu lingkungan. Perusahaan yang dianggap merusak alam akan kehilangan kepercayaan publik dan kesulitan menarik investor.
    • Reputasi yang buruk juga mempersulit perusahaan masuk pasar internasional yang ketat terhadap standar lingkungan.
  4. Hilangnya Peluang Efisiensi
    • Tanpa green accounting, perusahaan tidak bisa melihat titik pemborosan energi, bahan baku, atau limbah. Akibatnya, biaya produksi menjadi lebih mahal.

Dampak bagi Masyarakat dan Lingkungan

  1. Kerusakan Lingkungan
    • Limbah cair mencemari sungai, emisi gas merusak udara, dan limbah padat mencemari tanah.
    • Kerusakan ini bisa bersifat permanen, misalnya hilangnya kesuburan tanah atau matinya ekosistem perairan.
  2. Masalah Kesehatan Masyarakat
    • Pencemaran udara menyebabkan penyakit pernapasan.
    • Limbah kimia beracun di sungai bisa meracuni air konsumsi masyarakat.
    • Biaya kesehatan meningkat dan kualitas hidup menurun.
  3. Konflik Sosial dengan Komunitas Sekitar
    • Masyarakat sekitar pabrik yang terdampak pencemaran bisa melakukan protes, demonstrasi, bahkan gugatan hukum.
    • Hal ini menciptakan instabilitas sosial dan merugikan hubungan perusahaan dengan komunitas.
  4. Menurunnya Kualitas Ekonomi Lokal
    • Jika sungai tercemar, nelayan kehilangan sumber penghasilan.
    • Jika tanah rusak, petani kehilangan produktivitas.
    • Pada akhirnya, pencemaran menurunkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Tantangan apa yang dihadapi Perusahaan manufaktur dalam menerapkan green accounting?

Karena meskipun green accounting bermanfaat, penerapannya di industri manufaktur tidak mudah.

Tantangan Penerapan Green Accounting di Industri Manufaktur

1. Kurangnya Standar dan Regulasi yang Jelas

  • Di Indonesia, penerapan green accounting masih bersifat sukarela dan lebih banyak diatur dalam bentuk laporan keberlanjutan (sustainability report).
  • Belum ada standar akuntansi nasional yang baku terkait pencatatan biaya lingkungan, sehingga perusahaan bingung bagaimana cara mengukur dan melaporkannya.

2. Kesulitan Mengidentifikasi dan Mengukur Biaya Lingkungan

  • Banyak biaya lingkungan yang “tersembunyi” di dalam biaya overhead, sehingga sulit dipisahkan.
  • Contoh: biaya energi berlebih akibat mesin tidak efisien sering dianggap biaya operasional biasa, padahal termasuk biaya lingkungan.
  • Selain itu, dampak jangka panjang (seperti pencemaran tanah/air) sulit diukur secara moneter.

3. Keterbatasan Sumber Daya (Dana dan Teknologi)

  • Investasi untuk teknologi ramah lingkungan (misalnya mesin hemat energi, sistem daur ulang limbah) membutuhkan dana besar.
  • Perusahaan manufaktur skala menengah atau kecil sering enggan karena merasa bebannya terlalu berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun