Aku mengambil buku catatan kecil dari tas, dan mulai menulis:
"Di hadapan air yang jatuh tanpa ragu,
Aku belajar melepaskan.
Di hadapan lumut yang tabah memeluk batu,
Aku belajar bertahan."
Aku tersenyum kecil. Kadang-kadang, perjalanan bukan tentang tempat baru, tapi tentang menemukan diri sendiri dalam cermin-cermin alam.
Menyelam dalam Dingin: Menyatu dengan Taeno
Tak tahan melihat kejernihan kolam di bawah air terjun, aku melepas pakaian luar, menyisakan pakaian renang, lalu melompat.
Air menyambutku dengan dingin yang menggigit, membekukan napas sejenak, sebelum tubuhku menyesuaikan diri. Aku berenang ke arah jatuhan air, mencoba merasakan tenaga alam secara langsung.
Di bawah air terjun, dunia menjadi buram dan penuh suara gemuruh. Tapi anehnya, ada ketenangan di tengah kekacauan itu. Seolah-olah tubuhku diurapi oleh kekuatan purba.
Aku menengadah, membiarkan air menghantam wajah, dada, pundakku.
Dalam detik-detik itu, aku merasa benar-benar hidup.
Petang yang Jatuh: Perpisahan Sementara
Waktu terus merayap, meskipun aku berharap ia membeku.
Ketika matahari mulai condong ke barat, warna langit berubah perlahan dari biru menjadi jingga keemasan. Bayangan pepohonan memanjang, dan hawa udara mulai dingin.