Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akankah Perang Nuklir Antara Rusia dan Amerika Serikat Terjadi?

3 Agustus 2025   10:14 Diperbarui: 3 Agustus 2025   10:14 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trident II missile diluncurkan dari laut (Sumber/Kredit Foto: Wikipedia)

Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Rusia memuncak pada tanggal 1Agustus2025 setelah mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev membuat pernyataan provokatif membalas ultimatum yang diberikan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menuntut gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.

Sumber/Kredit Foto: TVP World
Sumber/Kredit Foto: TVP World

Presiden Donald Trump menanggapinya dengan memerintahkan penempatan dua kapal selam nuklir Amerika Serikat ke "wilayah yang tepat" sebagai sinyal kekuatan sekaligus deterrent. Pernyataan resmi Gedung Putih menyebut ini sebagai langkah protektif terhadap rakyat Amerika Serikat. Akan tetapi, tidak ada informasi maupun konfirmasi mengenai jenis kapal selam maupun Lokasi penempatannya.

Banyak analis menafsirkan pernyataan Presiden Donald Trump ini adalah eskalasi retoris: memperkuat postur nuklir Washington. Dunia kini menyaksikan potensi pergerakan dramatis dalam pola aliansi: intervensi potensial oleh sekutu Amerika Serikat di Asia Pasifik (Jepang, Korea Selatan, Australia, Filipina), dan menunggu kemungkinan reaksi dari Rusia dan sekutunya seperti Belarus, China, Korea Utara, serta Iran.

Para negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Eropa dan Kanada menanggapi dengan hati-hati, sedangkan Turki, anggota NATO yang juga berambisi menjadi anggota Uni Eropa bersikap hati-hati, karena tidak ingin merusak hubungannya dengan Rusia dan para sekutu terdekatnya. Bahkan Israel dipantau apakah akan terlibat. Narasi ini menyajikan potret baru konflik global multi-regional yang menegangkan.

Medvedev vs Trump: Serius atau Sekadar Provokasi?

Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, sekarang Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, dengan merujuk pada sistem otomatis "Dead Hand" Soviet, melalui akun media sosial LinkedIn menyebut ultimatum Amerika Serikat sebagai "langkah perang nuklir".

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menanggapinya di Truth Social sebagai "bodoh dan provokatif" dan memperingatkan bahwa kata-kata bisa memicu konsekuensi (Reuters). Gedung Putih menolak memberikan komentar tambahan, menyiratkan operasi ini sifatnya simbolik dan defensif (Reuters, AP News, Reuters).

Sumber/Kredit Foto: Jammu Links News
Sumber/Kredit Foto: Jammu Links News
Meski beberapa pengamat mempertanyakan apakah perintah Presiden Donald Trump benar benar dilaksanakan, pengumuman semacam ini memperkuat kecemasan nuklir global. Mantan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, John Bolton, menyebut langkah ini "tidak bertanggung jawab" dan bisa memicu interpretasi eskalasi nuklir oleh pihak Rusia (The Daily Beast).

Ohio-Class US Submarines (Sumber/Kredit Foto: Naval News)
Ohio-Class US Submarines (Sumber/Kredit Foto: Naval News)

Kapal Selam dan Kawasan Operasi

Presiden Donald Trump tidak membeberkan tipe atau lokasi kedua kapal selam nuklir yang dimaksudkan, dan ke mana kedua kapal selam nuklir tersebut dikerahkan. Namun menurut sumber resmi, kedua kapal selam nuklir tersebut kemungkinan adalah kapal selam Ohio class yang membawa rudal nuklir Trident II, yang merupakan tulang punggung triad nuklir AS (Business Insider). Disampaikan bahwa posisi yang disiapkan mencakup perairan Atlantik utara dekat Rusia dan mungkin Laut Norwegia, serta wilayah barat Pasifik yang dekat dengan pangkalan Rusia (Rybachiy base) (Reuters, Business Insider, Al Jazeera).

Laut Norwegia di utara Samudra Atlantik, sekat Svalbard (Sumber/Kredit Foto: worldatlas.com)
Laut Norwegia di utara Samudra Atlantik, sekat Svalbard (Sumber/Kredit Foto: worldatlas.com)
Karena sensitivitas strategis, Pentagon menolak mengonfirmasi keberadaan kapal, sejalan dengan kebijakan keamanan operasi nuklir rahasia (Reuters, The Washington Post).

Samudra Arctic dengan Svalbard (Sumber/Kredit Foto: worldatlas.com)
Samudra Arctic dengan Svalbard (Sumber/Kredit Foto: worldatlas.com)

Apakah Perang Terbuka AS Rusia Akan Terjadi?

Mayoritas analis percaya perintah ini adalah posturing nuklir simbolis, bukan indikasi rencana konflik militer langsung. Amerika Serikat memang secara rutin menyiagakan kapal selam nuklir siap tempur. Pengiriman dua kapal selam sebagai sikap deterrent mempertegas bahwa kabar ini lebih bersifat politis daripada militer penuh (Reuters, Al Jazeera, The Guardian, Reuters).

Trident II missile diluncurkan dari laut (Sumber/Kredit Foto: Wikipedia)
Trident II missile diluncurkan dari laut (Sumber/Kredit Foto: Wikipedia)
Namun eskalasi retorik bisa menciptakan apa yang disebut "commitment trap", situasi di mana kedua pihak terjebak ekspektasi harus membuktikan janjinya, dan oleh karenanya berisiko menciptakan eskalasi lebih lanjut (Reuters, The Daily Beast, Reuters).

Reaksi Rusia dan Sekutunya

Kremlin tidak memberi tanggapan resmi, membiarkan provokasi ini sebagai retorika tanpa eskalasi nyata. Media pro-Kremlin mengejek "plonk kosong" Presiden Donald Trump, menyebutnya "kemarahan tak bermakna" dan mempertanyakan apakah Presiden Donald Trump benar-benar memberi perintah (Omni, www.ndtv.com, yahoo.com).

Wakil parlemen Rusia Viktor Vodolatsky menyatakan kapal selam AS tidak menimbulkan ancaman karena Rusia memiliki armada yang lebih besar secara jumlah dan jangkauan global (www.ndtv.com), hal yang berbeda dari yang disampaikan oleh Statista (statista.com).

Sumber/Kredit Foto: statista.com)
Sumber/Kredit Foto: statista.com)
Beijing belum mengeluarkan pernyataan langsung merespons perintah Presiden Donald Trump ini, tetapi pengamat menilai Tiongkok akan memberikan dukungan diplomatik kepada Rusia dan menggunakan media global untuk mengecam agresi nuklir Barat sebagai ancaman sistem multipolar (usip.org, realcleardefense.com).

Korea Utara mengecam aliansi AUKUS dan kebijakan nuklir Amerika Serikat sebelumnya, dan kemungkinan akan mengeluarkan pernyataan simbolik anti Amerika Serikat. Iran kemungkinan besar juga akan menyatakan solidaritas kepada Rusia dalam forum Organisasi Konferensi Islam (OKI) atau Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), namun tidak terlibat langsung (en.wikipedia.org, The Guardian).

NATO dan Aliansi Eropa: Siaga dengan Hati-Hati

NATO, melalui Sekretariat Jenderal dan jajaran anggota tetap, belum memutuskan status "Article5" alarm. Aliansi militer tersebut melihat hal ini sebagai krisis retorik namun tetap menyiapkan respons kolektif jika eskalasi nyata terjadi. Kanada dan negara-negara Eropa Barat menyampaikan dukungan diplomatik penuh kepada Washington, seiring menyiapkan opsi sanksi lebih lanjut terhadap Rusia (csis.org, ussc.edu.au, rand.org).

Turki cenderung netral. Presiden Recep Tayyip Erdogan belum menyampaikan dukungan secara eksplisit. Sebagai anggota aliansi militer NATO dan mitra dagang Rusia, China dan sekutu-sekutu mereka, Turki menjaga jarak antara mendukung NATO dan menghindari konflik langsung dengan Rusia yang punya pengaruh di Suriah dan wilayah Kaukasus.

Sekutu Amerika Serikat di Asia Pasifik: Siaga dan Berkoordinasi

Bagaimana sikap para sekutu Amerika Serikat di Kawasan Asia Pasifik?

  • Jepang dan Korea Selatan secara teori siap aktif dalam kemampuan intelijen dan pertahanan udara jika eskalasi nuklir terjadi. Namun pernyataan resmi kedua negara sangat diplomatis, dan menekankan stabilitas dan dialog.
  • Australia, meski bagian dari AUKUS (Australia, United Kingdom, United States) (aliasi pertahanan antara Amerika Serikat, Australia dan Inggris), memberikan dukungan dalam bentuk logistik dan industri militer strategis, tidak mengirim pasukan.
  • Filipina menyatakan dukungan simbolik dan diplomatik; tetapi tidak terlibat langsung militer (ussc.edu.au).

Security workshop di Seoul dan penelitian RAND (Research ANd Development Corporation) menyoroti bahwa meskipun ada komitmen deterrence bersama, koordinasi praktis antara empat negara ini masih tertinggal, masih berbasis konsultasi bukan operasi terpadu (ussc.edu.au, behorizon.org, fpri.org).

Sumber/Kredit Foto: Federation of American Scientists)
Sumber/Kredit Foto: Federation of American Scientists)

Israel: Menjaga Jarak dari Konflik Nuklir

Sekutu terdekat Amerika Serikat di Timur Tengah, Israel, tidak menunjukkan kecenderungan untuk ikut dalam konflik nuklir antara Rusia dan Amerika Serikat. Meski sekutu dekat, khususnya dalam menjaga keseimbangan pertahanan di Timur Tengah terhadap Iran, Israel tampak memprioritaskan stabilitas regional dan menghindari escalasi nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia. Fokus Tel Aviv lebih pada keamanan internal, bukan intervensi perang global.

Peta Konflik: Geografi dan Polaritas Pasukan

Seandainya konflik bersenjata antara NATO dan Rusia dan konflik nuklir antara Amerika Serikat dan NATO benar-benar akan terjadi, maka diperkirakan peta geografis konflik adalah sebagai berikut:

Eropa

  • Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO (termasuk Kanada, Inggris, Jerman, Prancis) sebagai blok utama.
  • Rusia menjadi blok lawan, dengan Belarus sebagai basis logistik dan mendukung perang secara simbolik.

Baca juga: Persiapan Pelabuhan Rotterdam Menghadapi Ancaman Perang NATO-Rusia

Asia Pasifik

  • Amerika Serikat berkoalisi dengan Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Filipina.
  • Rusia tidak memiliki kehadiran militer langsung di Pasifik, namun China sebagai sekutu strategis memberikan dukungan diplomatik kepada Moskow; Korea Utara mungkin akan mengambil kesempatan dengan menyerang Korea Selatan dan China mungkin akan mengambil kesempatan untuk menyerang Taiwan.

Baca juga: Kemungkinan China Serang Taiwan Akan Picu Perang Dunia III?

Timur Tengah

  • Israel tidak terlibat langsung;
  • Iran memberi dukungan diplomatik kepada Rusia;
  • Peta konflik tetap lebih regional terkait krisis nuklir daripada dukungan militer langsung.

Dampak Strategis Global

Pengumuman pengerahan dua kapal selam nuklir Amerika Serikat memperkuat narasi eskalasi geopolitik nuklir, meningkatkan ancaman "nuclear brinkmanship." Meskipun belum ada gerakan militer nyata, dunia berada dalam kondisi waspada:

  • Retorika ini memperkuat tekanan terhadap diplomasi internasional (Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan PBB).
  • Sanksi ekonomi meluas: Amerika Serikat telah mengancam tarif baru terhadap Rusia dan negara-negara yang mendukungnya, seperti India dan China.
  • Aliansi NATO dan pemimpin Eropa menyiapkan jalur darurat untuk respons kolektif jika situasi nuklir memanas.

Kesimpulan

Pengerahan kapal selam nuklir oleh Amerika Serikat atas perintah Presiden Donald Trump adalah sinyal keras terhadap Rusia, di mana isu nuklir dikembalikan ke pusat strategi geopolitik, bukan hanya sekedar konfrontasi militer konvensional.

Presiden Donald Trump menanggapi pernyataan mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev dengan serius, menjadikan hal ini simbol kekuatan deteren. NATO bersiaga namun tetap berhati-hati, sedangkan Turki di persimpangan geopolitik, sementara sekutu Amerika Serikat maupun Rusia di Kawasan Asia Pasifik memperkuat struktur deterrence walau respons praktikal masih terbatas.

Rusia dan sekutunya menanggapi dengan mengecilkan arti simbolik ini. Sedangkan Israel tidak memihak konflik nuklir global. Dunia kini menghadapi peta konflik multi-regional: blok Barat vs blok pro-Rusia, dengan ketegangan nuklir kembali menjadi inti permasalahan strategi global pasca era Perang Dingin.

===============

Catatan: Tulisan ini ditulis sepenuhnya dengan analisis prubadi berdasarkan informasi dan analisis lain yang tersedia di:

  • Reuters: "Trump orders nuclear submarines moved after Russian 'provocative statements'" (2 Agustus 2025) (Reuters)
  • Business Insider: "Trump positioning US nuclear submarines..." (Business Insider)
  • AFP/Moscow Times: "US Deploying Nuclear Submarines..." (themoscowtimes.com)
  • Al Jazeera: "Why is Trump moving nuclear submarines..." (Al Jazeera)
  • Washington Post: "Trump says he repositioned nuclear subs..." (The Washington Post)
  • DW: "Ukraine updates: Trump deploys nuclear subs near Russia" (dw.com)
  • John Bolton commentary (The Daily Beast)
  • Vodolatsky (Rusia) komentar (www.ndtv.com, yahoo.com)
  • WS Workshop & RAND: dukungan dan kesiapan aliansi Asia Pasifik (ussc.edu.au, rand.org, csis.org, thediplomat.com, fpri.org)
  • China nuclear escalation commentary (usip.org)
  • AUKUS commentary & North Korea reaction (en.wikipedia.org)

Jakarta, 3 Agustus 2025
Prahasto Wahju Pamungkas

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun