Amerika Serikat menghadapi dilema geopolitik yang sangat dan jauh lebih kompleks. Di satu sisi, Israel adalah sekutu utama dan penerima bantuan militer terbesar dari Amerika Serikat. Di sisi lain, Turki adalah anggota NATO yang memiliki posisi strategis di selat Bosphorus dan pangkalan udara Incirlik. Jika konflik pecah, Washington akan terpaksa memilih antara mendukung Israel secara terbuka atau menjaga keutuhan NATO.
Pemerintahan Amerika Serikat kemungkinan akan memilih pendekatan diplomatik yang ketat, dengan mengerahkan tekanan maksimal terhadap kedua belah pihak untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Namun, jika Turki melancarkan serangan militer terbuka terhadap Israel, Amerika Serikat bisa merespons dengan sanksi ekonomi terhadap Ankara atau bahkan menangguhkan keanggotaan Turki dalam beberapa mekanisme NATO.
Kepentingan Strategis Rusia dan China
Rusia dan China memiliki kepentingan strategis besar dalam skenario ini. Rusia, yang memiliki kehadiran militer di Suriah, akan mendapat keuntungan geopolitik dari konflik antara kedua sekutu Amerika Serikat. Dalam skenario eskalasi, Rusia kemungkinan besar akan menawarkan mediasi kepada Turki sekaligus meningkatkan dukungan kepada Suriah untuk menstabilkan pengaruhnya.
China, dengan inisiatif Belt and Road-nya dan investasi besar di kawasan, akan berusaha menghindari ketegangan langsung, tetapi bisa menggunakan ketidakstabilan ini untuk memperluas pengaruh diplomatik dan ekonominya. Beijing juga akan memperkuat kerja samanya dengan Iran dan Turki, terutama dalam bidang militer dan teknologi, sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk menyaingi dominasi Amerika Serikat.
Tinjauan Melalui Lensa Nikolaos van Dam
Buku-buku karya Duta Besar Nikolaos van Dam, seperti "The Struggle for Power in Syria" dan "De Vrede die niet Kwam", memberikan konteks historis penting untuk memahami kompleksitas hubungan antara Suriah, Turki, dan Israel. Menurut Koos van Dam, konflik di Timur Tengah tidak pernah terisolasi dalam garis nasional, tetapi merupakan bagian dari dinamika regional yang berlapis.
Granaten en Minaretten (Wynia's Week)

Kesimpulan
Meskipun belum ada konfirmasi pasti bahwa Turki akan berperang melawan Israel, semua indikator politik, militer, dan diplomatik menunjukkan bahwa kawasan sedang menuju eskalasi. Palestina, Suriah, dan Iran menjadi titik-titik percikan yang bisa memicu perang besar. NATO, Uni Eropa, dan Amerika Serikat terjebak dalam dilema strategi, sedangkan Rusia dan China menunggu untuk mengeksploitasi kekosongan yang timbul dan akan memanfaatkan momentum untuk mengambil keuntungan.
Kemungkinan perang ini bukan hanya tentang konflik bilateral antara dua negara, tetapi merupakan refleksi dari krisis tatanan global pasca-Perang Dingin. Dalam konteks ini, setiap langkah Turki dan Israel akan berimplikasi jauh melebihi batas kawasan, mengancam stabilitas internasional dan memaksa semua kekuatan besar untuk menyusun ulang kalkulasi strategis mereka.
===============