Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gelombang Migrasi Talenta Muda: Tantangan Bangsa Kita

9 Juni 2025   07:44 Diperbarui: 9 Juni 2025   08:24 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada artikel menarik di The Jakarta Post yang berjudul "Indonesia faces brain drain as skilled graduates leave for jobs abroad" (Indonesia menghadapi kehabisan orang-orang pandai, karena para lulusan yang terampil berbondong-bondong hijrah ke luar negeri untuk mencari kerja). Hal ini menarik perhatian Penulis, terutama karena kemarin Penulis menulis artikel/opini mengenai PHK massal, dan bagaimana bangkit di tengah badai PHK massal di era digital.

Baca juga: Badai PHK 2024/2025, Negara Harus Hadir dan Bangkit dari PHK Massal di Era Digital

Indonesia Menghadapi Brain Drain Kronis

Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan besar, yaitu semakin banyaknya lulusan terampil yang memilih meninggalkan tanah air demi kesempatan kerja di luar negeri. Fenomena ini bukan cuma soal pergi, melainkan tanda bahwa sistem ketenagakerjaan domestik belum mampu menyerap potensi mereka. Data terkini menunjukkan animo tinggi untuk mencetak "gelombang otak migran," yang secara psikologis dan ekonomis memberi tekanan pada sendi keberlanjutan nasional.

Melihat Akar Brain Drain

Seperti dilaporkan The Jakarta Post, tren ini mencuat karena kekurangan lapangan kerja formal bagi lulusan muda, di satu sisi Universitas Gadjah Mada menyebut tingkat pengangguran lulusan muda mencapai 16%, jauh di atas rata-rata nasional. Banyak lulusan, mulai dari ilmu politik hingga pariwisata, merasa terpaksa mengambil pekerjaan nonprofesional di luar negeri seperti buruh pabrik ayam di Australia atau magang perhotelan di Amerika Serikat .

Fenomena #KaburAjaDulu yang pernah viral juga menunjukkan kerentanan psikologis generasi muda mendapatkan kesempatan minim dan merasa tidak dianggarkan oleh kebijakan domestik. Lihat saja, kepesertaan pemegang visa kerja melonjak 44% dalam satu tahun, menjadi 4.285 pada 2023--2024 dibandingkan dengan 2.984 di periode sebelumnya.

Dampak Ekonomis dan Strategis

Dari sisi ekonomi, migrasi talenta ini berpotensi menghambat produktivitas nasional. Peneliti senior dari CORE Indonesia memperingatkan bahwa jika brain drain terus berlanjut, inovasi dan kemajuan teknologi akan terhambat, perkembangan teknologi dalam negeri melambat, bahkan politik ekonomi bisa lemah di mata investor asing. Kasus ini mencerminkan fenomena "demographic paradox": populasi menua lebih cepat, dan bukan kemakmuran meningkat.

Namun, ada sisi positif: remitansi pekerja muda terampil menyentuh Rp253 triliun (USD20miliar) pada 2024, menunjukkan bahwa migran pun masih bisa memberikan kontribusi lewat brain gain.

AI-generated image: Lulusan terampil cari kerja di luar negeri.
AI-generated image: Lulusan terampil cari kerja di luar negeri.

Korelasi dengan Gelombang PHK

Gelombang PHK massal sejak 2024/2025 memperparah masalah ini. Ketika industri menyusut, lulusan muda semakin sulit mendapat kerja layak, menjadikannya "pemicu migrasi otak muda." Lingkungan kerja yang tidak stabil bahkan bisa membikin stres sosial, memperdalam alasan generasi muda memilih hengkang demi masa depan yang lebih pasti.

Dampak Sosiologis dan Psikologis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun