Aku menunggumu
Di sebuah kedai kopi di ujung Jalan Cikini
Menjelang senja
Sengaja setelah kau pulang bekerja
Ada yang perlu dibicarakan katamu
Tidak sah jika melalui telepon
Apalagi hanya pesan tertulis
Kita harus bertemu
Sepuluh menit dari waktu janjian
Aku telah duduk di sudut kedai kopi
Memesan secangkir cappuccino
Setelah segelas kopi hitam pagi tadi
Orang mulai lalu lalang
Kendaraan berkelebatan
Juru parkir sibuk di pinggir jalan
Sopir pribadi ngobrol menunggu tuannya
Menunggu katanya membosankan
Kuhabiskan dengan melihat sekitar
Lewat jendela kaca
Lewat mata di balik kaca
Lima belas menit kemudian kamu datang
Kopi di cangkirku tinggal setengah
Kamu duduk dan pesan es teh leci jumbo
Seperti kehausan tidak minum dua hari
Padahal kantormu hanya jalan kaki
Tak lebih seratus meter di jalan sebelah
Kita pasangan yang berbeda
Entah besar entah kecil
Aku suka panas
Kamu suka dingin
Aku suka pantai
Kamu suka gunung
Aku suka ramai
Kamu suka sepi
Dan banyak lagi aku suka apa kamu sukanya apa
Tak pernah kupermasalahkan
Toh kita bisa saling sayang
Kita bisa saling cinta
Lalu kau pun berkata,
"Aku tidak bisa menikah denganmu, aku takut punya anak, aku tidak mau punya anak, aku tidak suka mengurus anak."
Aku terdiam
Lidahku kelu
Tubuhku kaku
Dadaku ngilu