Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Empat Puluh

19 Februari 2020   09:20 Diperbarui: 19 Februari 2020   09:26 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Life begin at fourty katanya. Saat banyak pencapaian hidup digenggam. Saat kematangan pribadi diselam. Saat merasa dunia telah ditaklukan.

Empat puluh waktunya gempita. Sangat pengaruh dicipta. Keluh dan peluh tak terasa. Pada jiwa raga yang perkasa.

Empat puluh adalah puncak katanya. Tak bisa diacak karena sudah lihai melacak. Bangga dipandang sambil berdecak. Sebab hidup yang sangat rancak.

Padahal hidup tidak pernah semudah dan sesederhana itu. Hidup bukan hanya capaian angka atau deret benda. Tiap detiknya punya cerita. Tiap detiknya ada suka dan derita.

Umur memanglah angka. Penanda yang menambah tua. Walau sejatinya adalah berkurangnya jatah di dunia. Sebab mati tak pernah kenal usia.

Banyak atau sedikit yang ditimbang amal. Lama atau sebentar yang dicatat amal. Ke mana umur kita diarahkan. Untuk apa umur kita digunakan.

Umur sejatinya adalah nyawa. Bukan hak milik cuma sewa. Milik Dia yang Maha Esa. Ke mana kita akan dibawa, surga atau neraka-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun