Mohon tunggu...
pintukata
pintukata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Bebas.

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kaum Robotik

2 Desember 2021   17:16 Diperbarui: 2 Desember 2021   17:24 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jangan salah sangka pada diri sendiri, sebelum kenal lebih dalam siapa dirimu. Mudah bagi kita berkenalan dan berteman dengan orang lain di sekitar kita. Namun, satu hal yang sering diabaikan sebagaian dari kita adalah bergaul dengan diri sendiri.

Memang, menta'arufi diri sendiri tak begitu mudah. Sebab bagiku, terdapat beberapa layer komposisi diri. Layer terluar adalah sesuatu yang bisa kita lihat dan pegang, seperti berbagai macam panca indra. 

Tubuh dan bagian terluar vital kita bisa diraba dan dirasakan. Layer berikutnya adalah bagian dalam, tentu bagiku juga vital, seperti jantung, usus, hati, dan organ terdalam lainnya. 

Maka, tak jarang dokter menganjurkan selain menjaga rutinitas olah raga seperti pergi ke gymnasium untuk mengencangkan otot-otot badan, kita juga dianjurkan untuk mengatur pola makan, pola konsentrasi, dan pola perasaan.

Sebab, kesehatan jantung juga perlu diperhatikan, kesehatan otak juga harus dijaga, ketenangan hati juga diperhatikan. tapi aku juga meyakini adanya layer paling dalam dan halus. 

Bahkan bermacam-macam bentuknya. Layer ini mempengaruhi dua layer lainnya secara gradual. Saking halusnya, aku menganggap ini adalah ruh. 

Kadang beberapa orang memisahkan antara, jiwa dan ruh. Ada juga sekedar jasmani dan rohani sebagai penegasan gamblang antara jasadiah dan ruhaniah.

Sesuatu yang tak kasat mata ini selalu menggoda untuk secara kontinu kita kenali. Betapa pun berkenalan dengannya butuh kesungguhan dialektika akan menyadari sejatinya diri. Apabila ditinjau dari mekanisme spiritual, kita diberi manual bagaimana mengenali ruh terdalam itu. Dengan selalu tadabbur dan kontemplasi. Melalui ibadah, kita dilatih bagaimana menyadari sejatinya kita tiada dan palsu.

Sangat paradoksal bila aku terus terang membicarakan ini. Tetapi inilah yang aku rasakan. Pemerenungan perlu ditingkatkan. Mencari titik hening di sela-sela waktu yang terus mengguyur kita. 

Mencari titik tenang di tengah kebisingan yang memporak-porandakan hidup. Mencari titik keseimbangan di antara tarik ulur kiri dan kanan yang tak sudah-sudah.

Aku berusaha memanipulasi diri sendiri agar tampak seperti orang lain demi meraup keuntungan. Aku dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa karir itu butuh dan sangat penting demi berlangsungnya hidup serta sebagai tanaman harapan masa depan. Maka, yang aku persiapkan adalah pendidikan yang sesuai minat industri yang terus berkembang.

Aku dalam bayang-bayang masa depan komputasi yang belum terbayangkan sebelumnya. Di mana AI dan teknologi mesin terus berangsung menyamai kemampuan manusia. 

Mereka dibidik awalnya agar menjadi pembantu manusia mengatasi hal-hal praktis di dunia. Tapi aku sangsi suatu saat mereka akan menyita semuanya bahkan menjajah manusia sebagai pemegang saham di dunia ini.

Tapi apa benar kita, manusia, sebagai pemegang saham seratus persen atas dunia? Bukankah kita juga dulu tiada, dan ada yang menciptakan kita? Bukankah kita juga seperti robot-robot yang melampaui jamannya, dengan perangkat yang meta kompleks serta diberi core akal dan hati.

Mungkin robot yang diciptakan manusia belum bisa menyamai manusia itu sendiri. Mereka belum bisa merasakan, menyatakan cinta serta belum punya kecendrungan akan kebaikan. 

Aku berkata belum, sebab barangkali manusia suatu saat dapat bereksperimen dengan mengooptasi segenap perangkat terdalam manusia pada sebuah mesin. Itu hanya kemungkinan, bisa jadi terwujud, bisa juga tidak sama sekali sampai kita menutup mata masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun