Mohon tunggu...
Pieter Sanga Lewar
Pieter Sanga Lewar Mohon Tunggu... Guru - Pasfoto resmi

Jenis kelamin laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketujuh Malapetaka

28 Februari 2023   11:27 Diperbarui: 28 Februari 2023   11:32 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Uskup Edessa terpaku di Gua Wahyu

merambat naik matanya ke  maligai ilahi

menyaksimatakan gelaran peristiwa langit

Terdengar nyaring suara dari Bait Suci

memerintahkan tegas ketujuh malaikat:

"Pergilah segera!

Tumpahkanlah ketujuh cawan murka Allah,

tumpakanlah isinya ke atas bumi!"

Malaikat pertama melayang pergi

membawa satu cawan murka Allah

menumpahkan isi cawannya ke atas bumi,

maka timbullah bisul yang jahat

berbahaya bagi semua orang

yang mengenakan tanda binatang

yang menyembah sujud patungnya

Uskup Edessa terpaku di Gua Wahyu

merambat naik matanya ke  maligai ilahi

menyaksimatakan gelaran peristiwa langit

Malaikat kedua melayang pergi

membawa satu cawan murka Allah

menumpahkan isi cawannya ke atas laut,

maka air laut menjadi darah

laksana darah orang mati terbunuh,

matilah segala yang bernyawa

yang hidup di dalam laut

Uskup Edessa terpaku di Gua Wahyu

merambat naik matanya ke  maligai ilahi

menyaksimatakan gelaran peristiwa langit

Malaikat ketiga  melayang pergi

membawa satu cawan murka Allah

menumpahkan seluruh  isi cawannya

ke atas sungai-sungai

ke atas mata air

semua jadi merah darah

Malaikat yang berkuasa atas air berkata:

"Adil Engkau,

Engkau yang ada,

Engkau yang  sudah ada,

Engkau yang kudus,

Yang telah menjatuhkan hukuman ini

karena mereka telah jahat

menumpahkan darah orang kudus

menumpahkan darah para nabi

Engkau telah memberi mereka

minuman cawan darah merah

sungguh sewajarlah itu terjadi"

Uskup Edessa terpaku di Gua Wahyu

merambat naik matanya ke  maligai ilahi

menyaksimatakan gelaran peristiwa langit

Malaikat keempat  melayang pergi

membawa satu cawan murka Allah

menumpahkan  isi cawannya ke atas matahari

ia diberi kuasa penuh

menghanguskan manusia dengan api;

panas api yang dahsyat

mendebukan manusia penghujat Allah

yang tidak mau bertobat

Uskup Edessa terpaku di Gua Wahyu

merambat naik matanya ke  maligai ilahi

menyaksimatakan gelaran peristiwa langit

Malaikat kelima  melayang pergi

membawa satu cawan murka Allah

menumpahkan  seluruh isi cawannya

tepat di atas takhta binatang itu,

maka kerajaannya menjadi gelap

mereka menggigit lidahnya sendiri,

karena sakit yang tak tertahankan

mereka menghujat Allah di surga

mereka menjerit kesakitan bisul

yang tidak mau bertobat

Uskup Edessa terpaku di Gua Wahyu

merambat naik matanya ke  maligai ilahi

menyaksimatakan gelaran peristiwa langit

Malaikat keenam  melayang pergi

membawa satu cawan murka Allah

menumpahkan isi cawan ke atas sungai Efrat

keringlah air sungai besar itu

sebagi jalan bagi raja-raja timur.

Terlihat keluar tiga roh najis

dari mulut naga

dari mulut binatang

dari mulut nabi palsu

roh najis yang menyerupai katak

roh setan yang mengadakan perbuatan ajaib

roh yang mendapatkan raja-raja dunia

untuk mengumpulkan mereka berperang,

berperang pada hari besar,

hari Allah Yang Mahakuasa:

"Lihatlah, Aku datang seperti pencuri

Berbahagialah dia yang berjaga-jaga,

yang memperhatikan pakaiannya,

supaya jangan berjalan dengan telanjang,

supaya jangann kelihatan kemaluannya"

Lalu ia mengumpulkan mereka

di tempat yang disebut Harmagedon

Uskup Edessa terpaku di Gua Wahyu

merambat naik matanya ke  maligai ilahi

menyaksimatakan gelaran peristiwa langit

Malaikat ketujuh  melayang pergi

membawa satu cawan murka Allah

menumpahkan isi cawan ke angkasa

Terdengar suara nyaring dari Bait Suci:

"Sudah terlaksana"

Maka memancarlah silau kilat,

menderulah bunyi gelegar guruh,

terjadilah gempa bumi dahsyat,

gempa hebat di atas bumi,

lalu terbelahlah kota besar menjadi tiga bagian

runtuhlah  semua kota bangsa-bangsa

yang tidak mengenal Allah

Teringatlah Allah akan Babel yang besar itu

untuk diberikan sebuah cawan

yang penuh kegeraman murka Allah

Semua pulau hilang lenyap,

tak ada lagi gunung-gemunung

Hujan es luar biasa besar,

jatuh dari langit murka Allah

menimpa manusia penghojat Allah

(Sumber, Why 16: 1-21)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun