Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Cincin yang Hilang

24 Mei 2024   19:33 Diperbarui: 24 Mei 2024   21:49 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh Colin Behrens dari pixabay.com

Seorang pria tanpa sengaja menghilangkan cincinnya.
Cincin yang mestinya melingkar di jari manisnya kini tiada lagi.
Dia pun menyusuri kembali jalan yang baru saja dilewati dengan cemas.

Di bawah langit dan awan dia mencari
di antara rumput dan belukar
di atas jembatan dan bebatuan.

Pada petani yang pulang dari sawah
pada anak-anak yang bermain di tepi lapangan
pada kembang ilalang dan angin senja dia bertanya.
Tapi tidak ada.
Tidak ada satu pun yang pernah melihat cincin yang dicarinya.

Dia ingin mencari lebih jauh lagi
tapi dia juga tahu
dia sudah harus pulang sebelum hari gelap.
Istrinya pasti sudah menanti di rumah.
Biarlah cincin yang hilang dicari kembali esok hari.

Sesampai di rumah raut sedih dan cemas pria itu
mengundang tanda tanya pada sang istri.
Begitu melihat jari manis yang polos tanpa cincin
dan mendengar kisah yang dituturkan lelakinya, wanita itu pun paham.


Dia mencoba menenangkan yang cemas dengan mengangkat jari manisnya
"Tidak usah khawatir, Sayang," ucapnya.
"Selagi masih ada cincin yang sama di jariku, cincin itu tidak akan hilang,"

Ajaib.
Keesokan paginya saat terbangun dari tidur
sang pria terkejut, karena tahu-tahu jari manisnya kembali dihiasi cincin
persis seperti cincin yang hilang.
Cincin di jari manis istrinya pun masih utuh pada tempatnya.

Dia lalu merengkuh istrinya dengan mesra.
keduanya pun berpelukan
ditemani cahaya matahari pagi yang masuk dari celah-celah jendela.

---

barombong, 24 mei 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun