Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Berburu Takjil

24 Maret 2024   20:05 Diperbarui: 3 April 2024   18:51 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari KOMPAS.com/Sabrina Mutiara Fitri

Menjelang waktu magrib tiba
aneka penganan dan minuman teman berbuka tersaji di depan mata
menanti dirinya ditukar dengan rupiah demi rupiah.

Sudah jadi tradisi bulan puasa
menjelang waktu berbuka
jalanan dan sudut-sudut kota maupun desa
jadi meriah oleh penjual, pembeli dan transaksi.

Siapapun boleh "berburu" takjil
yang berpuasa atau tidak berpuasa
bahkan
muslim atau bukan.

Tidak perlu jadi isu apalagi polemik.
Ramadan terlalu akbar untuk dikerdilkan
hanya gara-gara identitas para pembeli.

Bukankah "berburu" takjil tidak hanya sekadar transaksi saja?
Ada gotong-royong di sana
ada silaturahmi di sana
dan ada nilai-nilai yang membuat kita semakin menjadi manusia
saat meminta penjual menyimpan saja uang kembaliannya
atau memberi porsi tambahan pada pembeli yang tiba di menit-menit terakhir.

Jadi tidak perlu lama menyimpan kecewa  
saat masih banyak makanan dan minuman yang tidak laku terjual
atau saat pembeli-pembeli kehabisan takjil favoritnya.
Kebaikan pasti akan menemukan jalannya
apalagi di bulan penuh berkah ini.

---

barombong, 24 maret 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun