Malam baru saja memanggil pujangga yang dilanda insomnia
menyediakan pena dan kertas-kertas kosong untuknya
dan meniupkan seribu satu inspirasi.
Malam sedang ingin menikmati sajak-sajak indah
baris-baris diksi dan metafora yang menggugah hati.
Tapi
pujangga itu lebih ingin bergelung dalam selimut mimpi dibanding meracik inspirasi jadi puisi.
"Aku butuh lebih dari seribu satu inspirasi," ucapnya. "Aku butuh malam yang tenang, juga bantal dan rasa kantuk yang hebat," ucapnya lagi.
Malam pun marah
lalu membuka mulutnya dan memakan sang pujangga
menggerogoti tubuh dan kepalanya
membuatnya mengalami mimpi buruk demi mimpi buruk.
Saat malam berlalu
sang pujangga pun memandang matahari pagi
lalu mulai menulis kata pertama dari puisinya.
Malam yang getir dan kecupan-kecupan kematian diceritakannya dalam puisi itu
puisi yang cadas
tapi indah dan menggugah hati.
Sayangnya
malam kini tidak ada lagi di sini.
---
kota daeng, 3 maret 2023