Suara berat menggelegar dari ujung ruangan yang satu. Ron terkejut. Bukan karena mendengar namanya disebut selengkap itu. Tapi karena sangat mengenal suara itu. Itu suara Detektif Rocky dari kepolisian pusat. Dia sudah bertahun-tahun ini jadi buruan detektif handal itu. Sudah beberapa kali dia nyaris tertangkap. Kejar-kejaran, adu senjata, dan selama ini dia selalu lolos. Entah bagaimana kali ini.
Ternyata memang ini jebakan sejak awal. Kenapa aku begitu bodoh! umpat Ron dalam hatinya.
"Halo, detektif, sudah lama kita tidak bertemu," balas Ron dengan suara dibuat seramah mungkin. Sementara itu otaknya berputar cepat, mencari kemungkinan bisa keluar dari tempat itu. Pilihannya tinggal pintu di ujung ruangan, tapi jarak pintu itu dari tempatnya sekitar 20 meter. Dan jalur larinya terbuka tanpa pelindung. Sangat riskan.
"Ya," terdengar suara Detektif Rocky lagi. "Tiga tahun lebih, Baron! Akhirnya kita bertemu kembali di sini. Kali ini aku memastikan kamu tidak bisa kemana-mana lagi."
Ron mengintip pelan-pelan dari balik persembunyiannya. Si detektif belum nampak. Tapi yang membuatnya bergidik, sepintas lalu dia melihat belasan pasukan elit berseragam lengkap sudah menantinya di balik tumpukan peti-peti lainnya. Mereka semua siap siaga dengan senjata laras panjangnya.
Tanpa perlu mengecek langsung, dia sudah bisa memastikan belasan yang lain juga pasti sedang mengepung gudang itu di luar sana saat ini.
"Aku tahu, kamu tidak punya banyak persiapan untuk ini. Kamu lengah kali ini, Baron. Kamu berpikir Kim tidak akan menyusahkan," detektif Rocky menyebut nama targetnya.
"Oh ya, bagaimana keadaannya?" seru Ron lagi.
"Ya, dia kehilangan banyak darah. Pelurumu menyambar lengan kirinya. Tapi dia akan selamat. Tim kami sudah menanganinya dengan baik."
"Sayang sekali ya."
"Jadi? Kamu bisa menyerah dengan cara mudah atau rumit. Yang manapun pilihanmu, timku sudah siap."