Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar Lagi dari Relasi Jokowi dan PDI Perjuangan

15 Januari 2023   12:58 Diperbarui: 15 Januari 2023   13:20 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari nasional.kompas.com (POOL/DOK PDIP)

Pada ranah profesi, kepentingan organisasi harus selalu berada di atas kepentingan individu. Setiap individu itu unik, jadi pasti punya kepentingan dan keinginan masing-masing. Jadi agar tidak saling bertabrakan, kepentingan-kepentingan individu ini harus tunduk pada kepentingan organisasi. 

Kepentingan inilah yang kemudian tertuang ke dalam berbagai aturan: peraturan, kebijakan, SOP dan seterusnya, sekali lagi, sesuai dengan budaya dan karakter organisasi. Misalnya aturan kerja menggariskan jam 8.00 tepat semua karyawan sudah harus masuk kantor. Aturan ini akan mengikat semua karyawan, mau karyawan yang susah maupun rajin bangun pagi, yang masih single maupun yang sudah berkeluarga, semua harus masuk kantor paling lambat jam 8.00 tepat.

Kemudian mengenai selera berbusana, ada orang yang suka memakai busana casual, ada yang suka pakai baju warna-warni, ada yang suka warna polos tanpa motif dan lain-lain. Nah, selera individu ini harus tunduk pada aturan mengenai seragam kerja di kantor, jika ada.

Malah sejumlah organisasi atau perusahaan juga bisa mengintervensi lebih jauh kehidupan pribadi orang-orang di dalam organisasi. Ini biasanya tertuang dalam kode etik, yang mengatur tindak tanduk individu di tengah-tengah masyarakat, mengatur standar moral sampai unggahan media sosial yang bersangkutan. Dan ini harus dipatuhi sejauh individu masih berada dalam naungan organisasi. Bagaimanapun juga, individu biasanya tetap dianggap menjadi representasi organisasi, sekalipun dalam kehidupan sehari-hari di luar ruang lingkup organisasi yang menaunginya.

Nah, budaya, karakter dan peran organisasi ini akan ikut membentuk kepribadian individu yang bersangkutan disadari atau tidak: kinerja profesional, nilai-nilai, bahkan cara mengambil keputusan terhadap masalah-masalah yang dihadapinya.

Kinerja Individu Membentuk Organisasi

Baik, sekarang kita melangkah ke pernyataan kedua. Setiap individu menentukan arah dan gerak organisasi. Ini juga sebuah kebenaran. Oke, kepentingan individu harus tunduk pada kepentingan organisasi. Tapi bukankah organisasi itu sendiri dibentuk dari individu-individu? Misi, visi, nilai, arah strategis sampai hal-hal teknis seperti SOP dan instruksi kerja adalah hasil desain dari kolaborasi individu-individu dalam organisasi.

Dalam hal ini setiap individu punya kontribusi entah itu besar atau kecil dalam organisasi. Tapi sekecil apapun kontribusi individu, selalu punya nilai dalam menentukan keberhasilan organisasi tersebut. 

Ambil contoh peran tenaga cleaning service pada sebuah lingkungan kantor. Di level manajemen memang mereka berada pada tingkat paling bawah. Tapi bayangkan jika misalnya, cleaning service tidak masuk satu atau dua hari berturut-turut sehingga karyawan yang lain harus membersihkan tempat kerja. 

Konsekuensinya pasti ada pekerjaan administrasi yang tertunda atau terhambat. Atau bisa juga karyawan-karyawan yang lain cuek saja, tidak perlu bersih-bersih. Tapi akibatnya, lingkungan kerja menjadi tidak bersih dan berantakan sehingga memengaruhi kenyamanan karyawan dalam bekerja. Yang manapun pilihannya, keduanya bisa mengganggu kinerja organisasi.

Jadi organisasi tetap tidak bisa bergerak maju tanpa peranan individu-individu dalam organisasi tersebut. Ini membuat setiap organisasi harus memberi perhatian terhadap individu meliputi hal-hal yang mendukung kinerja individu dalam mencapai tujuan organisasi, termasuk kebutuhan dan kesejahteraan individu.

Dari sudut pandang bisnis, misalnya, karyawan bisa dikatakan sebagai intangible asset dalam perusahaan. Kita tidak bisa melihatnya nilainya secara langsung dalam neraca perusahaan. Tapi loyalitas dan kontribusi setiap karyawan dapat menjadi daya ungkit yang pada akhirnya mendatangkan pelanggan, meningkatkan omset dan kinerja lainnya, sehingga memberi dampak positif pada neraca perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun