Ada candu dalam rupa lekukan bibir, lesung pipi dan gurat wajah ketika kamu tersenyum. Menyenangkan tapi memabukkan.
Sehari saja tidak menikmati pesona itu aku bisa lesap, seperti kapal layar yang kehilangan angin. Fana, sepi dan sendiri di tengah luasnya samudera. Entah mantra apa yang kamu bubuhkan di situ.
Aku pernah mencari mantra tandingan, pun senyum candu dari gadis yang lain. Tapi belum ada yang bisa meluruhkan senyumanmu dari kepalaku.
Aku harus belajar melupakan senyumanmu, jadi aku tahu yang harus dilakukan. Aku akan memindahkan senyumanmu ke atas kanvas di dalam pigura.
Jika suatu waktu tubuhku sakau karenanya, aku punya lukisan itu sebagai penawar candu sementara. Ide bagus, bukan?
Tapi jika tidak berhasil juga, apa boleh buat. Aku pun harus memiliki cintamu.
---Â
kota daeng, 9 oktober 2021