Mohon tunggu...
Chia
Chia Mohon Tunggu... Jurnalis -

Menanti Kejujuran, Berharap Kepastian...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Mana Harus Kubeli Kesabaran?

14 Juni 2012   13:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:59 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap makhluk yang bernafas dalam dunia ini, terutama yang namanya manusia, pasti mempunyai masalah (terlebih itu besar/kecil permasalahan itu). Dan setiap manusia punya cara & gaya dalam menghadapi persoalan/permasalahan dalam kehidupan sehari-harinya. Dan banyak pula cara mereka mengekpresikannya. Mungkin ada yang lebih suka memendam masalah itu sendiri, menceritakannya ke orang lain (kesahabat, kerabat, orang tua atau orang yang bisa dipercaya). Tidak ada salahnya jika berbagi cerita tentang apa yang kita alami dengan orang-orang terdekat kita. Mungkin saja ada sumbangsih saran atau kritikan yang bisa menjadikan kita untuk lebih dewasa serta bijak dalam menghadapi masalah dalam kehidupan ini.

Nah, apa jadinya jika kita enggan bertutur dengan orang-orang terdekat soal apa yang sedang kita alami?. Ok, memang tidak semua masalah sedang menimpa kita, harus kita ceritakan ke orang lain. Tidak! Namun, setidaknya kita akan merasa lega ketika kita sudah menceritakan ke orang terdekat serta adanya masukan dari orang tersebut.

Jika kita diam, orang lain tidak akan tahu apa yang sedang kita alami saat ini. Seperti apa yang sahabatku ini. Ya, sebut saja Anti. Suatu hari ia bercerita tentang kedekatannya dengan cowok. Aku tidak tahu pasti sudah berapa lama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Aku sebelumnya tidak terlalu dekat dengan Anti. Tapi entah kenapa, belakangan ini aku merasa nyaman curhat dengannya, begitu juga sebaliknya. Ok, hanya ada satu kata dalam pertemanan ini: “Gue percaya Loe, dan gue pun begitu”.

Diawal setiap hubungan memang indah. Semua kata-kata manis akan keluar dengan begitu mudahnya. Rayuan serta segala macam cara untuk mendapatkan hati perempuan yang bernama Anti pun akan dilakukannya. Sebagai contoh kecil saja, cowok ini (sebut saja Radit) untuk mendapatkan nomor handphone nya Anti itu tidak mudah. Radit mendapatkannya dari OB kantor dimana mereka berdua bekerja. Memang sih, mereka bekerja dalam suatu perusahaan group besar. Walau satu atap tetap saja beda perusahaan, tapi tetap satu bendera. Hihiihiii…

Anti memang makhluk yang berbeda dari kebanyakkan perempuan yang ada di kantor. Anti cenderung pendiam, irit dalam bersuara. Perempuan berparas manis itu pun tidak begitu mempunyai banyak teman di kantor. Ia cenderung asyik dengan dunianya sendiri (tapi bukan autis yaaa). Orang pun akan sadar dan segan untuk mendekatinya. Iya, Anti selalu kelihatan sibuk alias pekerjaannya seolah-olah tak ada habisnya. Tapi sebetulnya ia piawai bergaul, hanya saja ia bisa menempatkan diri. Ketika ia bekerja ya harus bekerja, ada waktunya untuk sekadar ketawa-ketiwi dengan teman sekantornya. Disaat jam kerjanya usai, ia akan bergabung dengan teman-teman yang lain.

Pembawaanya yang kalem dan tak banyak tingkah itulah yang mampu menarik perhatian Radit. Hingga tibalah saatnya mereka berdua berkomitmen untuk menjalin hubungan sejak bulan Maret lalu. Anti pun menyadari dan menghargai usaha Radit untuk mendekatinya. Memang begitu sulit dan tak mudah untuk menjangkau Anti. Terlebih Anti membentengi diri dengan tembok yang tinggi serta kokoh. Aku tahu, Anti tidak mau jatuh untuk yang kesekian kalinya dengan permasalahan serta sumber yang sama pula, yaitu disakiti cowok.

Tak bisa dipungkiri memang. Anti mempunyai wajah yang lumayan enak dipandang. Tak jarang juga, mata cowok selalu tertuju padanya. Tak terkecuali dengan Radit. Ia pun mendekati Anti bukan dalam waktu yang singkat, tapi butuh proses panjang serta ‘tarik ulur’ (ini menurut cerita Anti). Dua tahun ia mencoba mendekati Anti. Dan selama dua tahun itu pulalah hati Anti dibuat kembang kempis oleh Radit. Tapi bukan hanya dalam masa proses PDKT saja, saat ini pun hati Anti kembali dibuat kempis bukan mengembang lagi.

Dari awal masa PDKT saja, sikap Radit sudah aneh bin ajaib. Seolah dan ibarat kata, Radit sedang memainkan layangan, tarik ulur terus. Nah, sekarang baru dua bulan jadian, tiba-tiba Radit menghilang dan tidak ada kabar sama sekali. Ini lebih aneh bin ajaib lagi. Petama kali dengar cerita Anti, aku anggap biasa saja. Dan aku pun mencoba memberikan masukan ala kadarnya.

“Udalah An, mungkin dia lagi sibuk. Paling besok dia akan telepon loe”.

“Tapi tadi pagi gue telepon ngga diangkat?”.

“Yaa…mungkin dia lagi tidur atau udah bangun tapi lagi di kamar mandi?Kan bisa jadi begitu…,”kataku.

“Ngga mungkin….,” mata Anti berkaca-kaca.

“Anti, mungkin aja dia ngga punya pulsa. Atau mungkin dia ngga denger atau ngga ngelihat HP- nya ketika balik dari kamar mandi. Bisa aja begitu…”.

Anti diam. Mencoba mencerna apa yang kukatakan.

Sabar ya. Dia lagi sibuk banget kayaknya, mungkin kalau udah slow pasti akan hubungin loe”.

“Kenapa loe begitu yakin dia akan hubungin gue,” Anti menatapku.

Aku Tarik napas.

“An, loe ngga lihat suasana di halim? Kayak apa sibuknya orang-orang di sana?”.

“Gue tahu,” jawab Anti singkat.

Waktu itu memang bertepatan sekali dengan peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak. Radit yang berprofesi sebagai wartawan pastimya ikut-ikutan sibuk meliput peristiwa tersebut.

“Terus, kalau loe tahu kenapa ngga mencoba ngertiin hal itu?”.

“Tapi apa iya, dia segitu sibuknya sampai ngga punya waktu untuk hubungin gue?”.

“Anti, please dech ya!Jangankan dia yang ada di lapangan?Kita aja yang ada di kantor repotnya bukan main, apalagi dia yang tugas di sana (Halim)?Loe harus ngerti ya…,” jelasku panjang lebar.

Anti tertunduk lesu.

“Udah, jangan terlalu dipikirin yah, dia baik-baik aja kok”.

“Dari mana loe tahu kalau dia baik-baik aja,” tanya Anti penuh penasaran.

Aku tersenyum,”Tadi gue ketemu, dia mau berangkat liputan. Dia baik, cuma kelihatan banget capeknya,”.

“Ihhh, kenapa loe yang ketemu dia, bukan gue…,” Anti merenggek.

Aku hanya mengernyitkan dahi.

***

Seminggu.

Dua minggu. Hingga hampir genap satu bulan, Radit berkabar sama sekali. Kelihatan batang hidungnya pun tidak. Lantas kemana dan dimana adanya manusia yangbernama Radit itu?Hati Anti kembali dibuat kembang kembis atas hubungannya dengan Radit. Berbagai pertanyaan serta spekulasi pun bermunculan dalam benak Anti. Kenapa dan ada apa ini?

“Sumpah, gue bingung banget sama Radit,” tuturnya kembali tentang sosok Radit.

“Bingung kenapa?”.

“Ya, gue bingung aja. Apa salah gue?Sampai dia ngediemin gue selama sebulan. Loe bayangin coba, sebulan…,” Anti sedikiti emosi.

“Ya aneh emang, kenapa dia tiba-tiba ngediemin loe,” aku ikut-ikutanberpikir.

“Salah gue apa?,” Anti menguncang-guncangkan badanku, matanya mulai berkaca-kaca.

“Saran gue sekarang, coba loe telepon dia atau BBM dia”.

“Ngga mau, gue males nanti ngga diangkat. Gue BBM juga ngga dibaca”.

“Terus sekarang gimana loe mau tau kelanjutan hubungan loe ama dia. Kalau loe ngga hubungin dia?”.

Anti terdiam, dan perpikir.

“Kalau dua cara itu ngga mau, coba loe sms dia. Loe Tanya apa salah loe ke dia. Atau loe langsung bilang minta maaf kalau loe punya salah ama dia”.

Tak satu pun kata meluncur dari bibir mungil Anti.

“Ayooo Anti…loe harus move on. Waktu terus berjalan. Loe mau sampai kapan ‘digantung’ kayak gini?Kalau dia ngga tegas, loe sebagai perempuan harus tegas. Udah putusin aja, daripada loe disakitin terus?”.

“Apa loe bilang?Putus??Gue masih sayang sama dia, gue ngga mau putus”.

“Hey, loe tuh udah ngga sayang sama dia. Loe tuh penasaran tepatnya. Kenapa sih gue?Apa sih salah gue?Udah itu doang…,” aku terpancing emosi.

Lagi-lagi Anti terdiam.

“Terus loe mau diginiin (digantung) ama dia yang ngga jelas sampai kapan?An, masih banyak cowok yang suka sama loe. Percaya ama gue,” jelasku.

“Sok tahu loe!Dari mana loe tahu kalau banyak yang suka ama gue?”.

Aku hanya terkekeh. Tapi itu betul dan tidak mengada-ada.

“Anti, loe cantik kok. Cuma loe tuh pasang benteng yang tinggi. Jadi orang lain mau masuk atau ngedeketin loe susah. Sini BB loe”.

“Loe mau ngapain?,” Anti ketakutan menyerahkannya.

“Ngga, gue cuma pengen liat aja terakhir loe komunikasi sama dia”.

Aku langsung mengutak-atik BB milik Anti.

“An, coba BBM dia yah?”.

“Jangan, jangan…males gue, nanti ama dia ngga dibaca”.

“Ngga, gue cuma test contact doang kok”

Hati Anti dag-dig-dug tak keruan. Kakinya mulai dingin.

“Dibaca ngga ama dia,” tanyanya penasaran.

“Boro-boro dibaca, nyampe aja ngga”.

Emm, hati Anti makin berdetak kencang. Gelisah tepatnya.

“Jangan-jangan udah dihapus ama dia”.

“Hahh??Jahat banget dia??”.

“Heh, gue bilang ‘jangan-jangan’ yah…”.

“Kayaknya gue harus sabar ngadepin manusia macam dia. Cuma gue harus beli dimana kesabaran itu?Supaya gue bisa menjalaninya…”

“Ya udah kalau loe emang maunya gitu, silahkan. Sabar itu ngga bisa dibeli dimana-mana, loe harus mengejalani dengan ikhlas!”.

Sabar, sabar dan sabar.

Mengucapkan kata “SABAR” itu memang mudah sekali, tapi semudah kita menjalankannya. Terlebih ketika kita memang dituntut harus melakukan serta menjalankannya.Itu sulittt sekali, tak semudah kita membolak-balikkan telapak tangan kita dengan sesuka hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun