Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percakapan Pisang dan Tempe

1 Juni 2023   08:14 Diperbarui: 1 Juni 2023   08:22 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kala pagi tiba, menikmati sapaan dan senyuman. Hidup di antara sejuknya pagi. Menebar kasih serta harapan. Pagi memang menjadi senyuman. Banyak orang mempersiapkan hari. Pagi dibuat indah.

"Menatap ke langit. Menemukan banyak tawa yang menyenangkan. Mereka tidak semu. Perlahan, datang kerinduan yang indah. Jalinan dari hidup dan cinta. Hanya kesunyian itulah, menyalakan hidup semangat. Orang silih berganti," jelas Tempe pada harapan.

Sikap untuk mau berbagi diperlukan. Membawa ketapel. Menirukan harapan untuk tetap berjalan. Bukan hanya tentang kedelai. Tempe dan manusia yang semu. Malam tetap dinantikan. Pagi menjadi sahabat kala menata harapan.

"Kalau bisa, tidak hanya untuk pengabdian. Tempe berharap bisa menjadi makanan. Menikmati makan hingga pagi datang. Pisang seperti diriku akan tetap menyala. Untuk sekian kali, pisang adalah primadona," ujar Pisang pada harapan yang kosong.

Kini, perjalanan pagi akan dimulai. Menikmati jalan hambatan. Berselisih bersama tempe dan jagung. Bukan lagi tentang harapan. Lama tidak diberikan lampu untuk menyalakan.

"Lama tidak dipilihkan tentang waktu. Kini, tempe siap digoreng untuk menjadi sarapan. Sarapan sederhana yang terus saja menyapa," ujar harapan semu.

Memunculkan senyuman, pisang goreng akan menjadi hidup dan perjalanan. Jaminan dan gema akan hidup.

Sawah menopang banyak hal. Harapan bersama hidup yang semu. Kemudian, gerakan demi gerakan bermunculan. Kini, Jarwo merencanakan ke pasar. Setelah dalam benaknya bertempur. Tentang tempe dan pisang. Ada perjuangan yang harus dilanjutkan.

Menjelajahi sawah dan penindasan, bentuk norma dan harapan itu menekan.

"Kita bisa menjadi orang yang melawan arus. Membuat hidup lebih berarti, kebingungan dan harapan semu akan tetap bermunculan. Dapat memunculkan kebingungan, tetap dilakukan. Untuk setiap luka. Gerakan demi gerakan membawa harapan. Orang bisa saja melupakan, tapi kenangan menjelma apa saja," ujar Tempe pada Jarwo.

Tempe sebenarnya bukan hanya kumpulan kedelai dan ragi. Tempe menjadi perpaduan unik antara kegelisahan. Tempe muncul bersama kerinduan. Kelak, tempe itulah yang menjadi kenyataan dalam perpaduan.

"Inilah kehidupan, tidak bisa ditebak dan terus saja berjalan. Kalau semua sesuai rencana, tak menarik tentunya. Kemudian, orang hanya akan bosan dan mengulangi hal yang sama," ujar Pisang pada Jarwo.

Tidak masalah, pengulangan membawa harapan. Pagi ini, Jarwo mengulangi langkah yang sunyi. Bersama dengan jalan menuju sawah. Ada sapaan yang diwajibkan. Menemani beberapa momen petani menanam pagi. Mereka menanam dengan penuh harapan. Memperjuangkan senyuman.

"Perlahan, bentuk saja perjuangan itu seperti menanam. Siangi rumput dan biarkan tanaman padi tumbuh dengan buah lebat. Ada pilihan lain ? Pertumbuhan itu menyenangkan, penuh misteri dan yang pasti membuat lelah. Tapi, jalanilah semua itu," ujar Tempe pada Jarwo.

Bentuk dari tempe semakin berubah. Waktu menunjukan kalau pembusukan terjadi, lelah dan letih. Tempe kian lama semakin busuk. Membentuk banyak tawa dan semua jadi semu. Tangisan mulai bermunculan.

"Ini bentuk kefrustrasian. Tidak semua orang menyapa dengan harapan. Aku memilih diam dari pada kesunyian datang. Diam dalam keramaian dalam pikiranku. Bergejolak, seolah aku menyalahkan apa yang aku lakukan. Inilah, bentuk nyata dari perlawanan. Ada kesenjangan, bukan harus sama. Paling tidak, tanpa penindasan. Pisang merasakan kelelahan, burung memakannya, tapi ikhlas dirasakannya," ujar Jarwo dalam kegamangan langkah.

Untuk setiap yang dirasakan, Jarwo menuliskannya. Bentuknya bermacam, mulai dari kesepian yang tak kunjung mendapatkan harapan. Kemudian, ada senyuman semu. Orang bisa menipu dengan penampilan. Tindakan diperhatikan.

"Rona wajah yang sayu belum tentu pembunuh. Enak dipandang belum tentu menawan. Penuh tipu-tipu. Kemudian, dalam beberapa hari muncul senyuman," ujar Jarwo.

Kalau saja, ada Handoko dan ketidakjelasannya. Pagi ini akan menjadi misteri. Bertambah pertanyaan, melatih ingatan akan perjuangan.

"Perjalanan harus terus dilanjutkan. Menikmati sarapan dan kemudian bercengkraman menopang harapan itu sendiri," ujar Jarwo.

Semua akan menjadi baik. Pasang surut itu pasti. Namun, perjuangan demi perjuangan harus mendapatkan pertolongan dan harapan. Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Mereka berubah wujud menjadi cinta yang membebaskan.

Godean, 01 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun