Sisi gelap birokrasi yang ditekan, seperti korupsi, ketakutan, basa-basi, budaya tutup mata. Ia tidak tampak secara formal, tapi menjadi bagian dari perilaku sehari-hari. Seperti dalam sejarah kerajaan, intrik politik dan pengkhianatan kerap terjadi di balik struktur resmi.
4. Pahlawan
ASN idealis yang ingin membawa perubahan, namun sering terhambat oleh sistem. Dalam sejarah, tokoh seperti Tan Malaka atau Sutan Sjahrir adalah contoh pahlawan yang berpikir jauh ke depan, namun sering ditolak oleh kekuasaan yang mapan.
5. Penipu Cerdik (Trickster)
Sosok cerdik yang mengakali sistem. Ia bisa merusak atau justru membuka jalan perubahan. Dalam cerita rakyat, kita mengenal Si Kancil. Dalam birokrasi, trickster bisa muncul sebagai pegawai yang tahu celah aturan untuk membantu orang, atau malah memperkuat manipulasi.
Archetypes ini tidak selalu buruk atau baik, tapi memberi kita cara baru untuk membaca dinamika birokrasi secara lebih dalam dan manusiawi.
Menuju Birokrasi yang Sadar
Birokrasi Indonesia bukan sekadar lembaga, melainkan refleksi dari perjalanan sejarah dan psike kolektif bangsa, disebut juga sebagai archetypes bangsa. Ketidaksadaran kolektif yang dibentuk oleh ratusan tahun kekuasaan, penaklukan, penjajahan, dan adaptasi terhadap perubahan zaman.
Jika kita ingin benar-benar memperbaiki birokrasi, kita perlu lebih dari sekadar reformasi sistem. Kita perlu membongkar, menyadari, dan menyembuhkan luka-luka bawah sadar yang membentuknya. Kita perlu membangun kesadaran baru, bukan hanya sebagai aparatur negara, tetapi sebagai manusia yang sadar akan sejarah psikisnya. Dengan begitu, birokrasi tidak lagi menjadi bayangan masa lalu, melainkan tempat pertumbuhan kesadaran kolektif yang sehat dan bermakna.
Referensi
Eddyono, A. S. (2021). Pers Alternatif pada Era Orde Baru: Dijinakkan hingga Dibungkam. Komunika, 8(1), 53--60.